BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
a. DEFINISI
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi
jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak
ada definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok
kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang
dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg)
dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju
nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak
ada batas yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok
kerdiogenik. (www.fkuii.org)
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel
kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami
kerusakan yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan
kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan
yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok
sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik bia[sanya
sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati
dan disritmia. (Brunner & Suddarth, 2001)
Syok kardiogenik adalah Syok yang disebabkan karena fungsi
jantung yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung, manifestasinya meliputi
hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan
kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland, 1998)
B. ETIOLOGI
1.
Gangguan kontraktilitas miokardium.
2.
Disfungsi ventrikel kiri yang berat
yang memicu terjadinya kongesti paru dan/atau hipoperfusi iskemik
3.
Infark miokard akut ( AMI)
4.
Komplikasi dari infark miokard akut,
seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum, atau infark ventrikel kanan,
dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien
dengan infark-infark yang lebih kecil
5.
Valvular stenosis
6.
Myocarditis ( inflamasi miokardium,
peradangan otot jantung)
7.
Cardiomyopathy ( myocardiopathy,
gangguan otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya)
8.
Trauma jantung
9.
Temponade
jantung akut
10.
Komplikasi bedah
jantung
C.
MENIFESTASI KLINIS
1.
Nyeri dada yang berkelanjutan,
dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat, dan apprehensive (anxious,
discerning, gelisah, takut, cemas)
2.
Hipoperfusi jaringan
3.
Keadaan mental tertekan/depresi
4.
Anggota gerak teraba dingin
5.
Keluaran (output) urin kurang dari
30 mL/jam (oliguria).
6.
takikardi (detak jantung yang
cepat,yakni > 100x/menit)
7.
Nadi teraba lemah dan cepat,
berkisar antara 90–110 kali/menit
8.
Hipotensi : tekanan darah sistol
kurang dari 80 mmHg
9.
Diaphoresis (diaforesis,
diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis, perspirasi)
10.
Distensi vena jugularis
11.
Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.
12.
Tekanan pulmonary artery wedge lebih dari 18 mmHg.
13.
Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut
Menurut Mubin
(2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan :
a.
Keluhan
Pokok
1. Oliguri
(urin < 20 mL/jam).
2. Mungkin
ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
3. Nyeri
substernal seperti IMA.
b. Tanda Penting
1.
Tensi turun < 80-90 mmHg
2.
Takipneu dan dalam
3.
Takikardi
4.
Nadi cepat
5.
Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
6.
Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
7.
Sianosis
8.
Diaforesis (mandi keringat)
9.
Ekstremitas dingin
10.
Perubahan mental
C. Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
1.
Tekanan darah sistole 90 diastol 60
MmHg.
2.
Produksi urin < 20 mL/jam.
3.
Tekanan vena sentral > 10
mmH2O
4.
Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin,
akral dingin, takikardi
D. PATWAY
Gangguan mekanis akut Bedah pintas cardiopulmona Payah jantung
Necrosis
Miocard
Kerusakan otot jantung
Gangguan kontraktilitas miocardium
Disfungsi ventrikel kiri
Syok cardiogenik
Penurunan Curah Jantung
Nutrisi dan O2 aliran darah arteri coroner darah ke pulmonal
Ke jaringan menurun menurun
Gangguan perfusi jaringan
|
Metabolisme basal asupan O2 ke jantung menurun kerusakan
Terganggu pertukaran
gas
Hipoksia
Miocardium
Pola nafas tidak efektif
|
Mekanisme
anaerob
Kelelahan dan kelemahan
Nyeri dada
Nyeri Akut
|
Intoleransi aktifitas
|
E.
PATOFISIOLOGI
Tanda dan
gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal
jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada
gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran darah
ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun, yang
pada gilirannya meningkatkan iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan
jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan.
Tanda klasik
syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia
otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran
urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Medis Syok Kardiogenik :
1.
Pastikan jalan nafas tetap adekuat,
bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
2.
Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg
3.
Rasa nyeri akibat infark akut yang
dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi dengan pemberian morfin.
4.
Koreksi hipoksia, gangguan
elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
5.
Bila mungkin pasang CVP.
6.
Pemasangan kateter Swans Ganz
untuk meneliti hemodinamik.
Medikamentosa
:
1.
Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
2.
ansietas, bila cemas
3.
Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
4.
Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
5.
Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung
tidak adekuat
Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6. Dobutamin
2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.
7.
Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
8.
Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan.
Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau
ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan pola.
2. Rontgen
dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulmonal.
3. Scan
Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
4. Kateterisasi
jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji
potensi arteri koroner.
5. Elektrolit;
mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic.
6. Oksimetri
nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
7.
AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
8. Enzim
jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,misalnya
infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase
Laktat/LDH, isoenzim LDH).
H. KOMPLIKASI
1. Cardiopulmonary arrest
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara
tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa
dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa
diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American
Heart Association,2010). Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa cardiac
arrest adalah penghentian sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung
untuk berkontraksi secara efektif. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa henti jantung atau cardiac arrest adalah
hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal
darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
2.
Disritmi
Disritmia adalah kelainan denyut
jantung yang melipiti gangguan frekuensi atau irama atau keduanya.atau bisa di
definisikan dengan menganalisa gelombang EKG. Disritmia dinamakan berdasarkan
pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Misalnya
disritmia yang berasal dari nodus sinus (nodus SA) dan frekuensinya lambat
dinamakan sinus bradikardia. Ada empat kemungkinan tempat asal disritmia, yaitu
nodus sinus, atria, nodus AV atau sambungan, dan frentrikel. Gangguan mekanisme
hantaran yang mungkin dapat terjadi meliputi bradikardi, takikardi, flutter,
fibrilasi, denyut prematur, dan penyekat jantung
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
Stroke merupakan penyakit yang terjadi akibat penyumbatan
pada pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Sehingga akibat
penyumbatan maupun pecahnya pembuluh darah tersebut, bagian otak tertentu
berkurang bahkan terhenti suplai oksigennya sehingga menjadi rusak bahkan mati.
Akibatnya timbullah berbagai macam gejala sesuai dengan daerah otak yang
terlibat, seperti wajah lumpuh sebelah, bicara pelo (cedal), lumpuh anggota gerak, bahkan sampai
koma dan dapat mengancam jiwa.
5.
Tromboemboli
a.
Thrombosis adalah pembentukan massa
bekuan darah dalam system kardiovaskular yang tidak terkendali
b.
Emboli adalah oklusi beberapa bagian
system kardiovaskular oleh suatu massa (embolus) yang tersangkut dalam
perjalanannya ke suatu tem[at melalui arus darah
c.
Tromboembolisme adalah gebungan
thrombosis dan embolisme
d.
Trombofleblietis adalah kondisi
dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi atau trauma
dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas Pasien
2. Data
dasar: Nama, umur. jenis
Kelamin,Status perkawinan, alamat,golongan
3. Pemeriksaan fisik
Pemerisaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik harus dilakukan
pada kesempatan pertama bertemu pasien. Riwayat kesehatan sebelumnya sama
pentingnya dengan reaksi yang sedang berlangsung.
4. Pengkajian
pola
a. Aktifitas
Gejala : kelemahan,
kelelahan
Tanda : takikardia,
dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan warna kulit kelembaban,
kelemahan umum
b.
Sirkulasi
Gejala : riwayat AMI
sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, diabetes mellitus
Tanda : tekanan darah turun
<90 mmhg atau dibawah, perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk
berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4
mungkin menunjukan gagal jantung atau penurun an kontraktilitas ventrikel,
Gejala hipoperfusi jaringan kulit ; dioforesis ( Kulit Lembab ), pucat,
akral dingin, sianosis, vena – vena pada punggung tangan dan kaki kolaps
c.
Eliminasi
Gejala : Produksi urine
< 30 ml/ jam
Tanda : oliguri
d.
Nyeri
atau ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang
timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada anterio substernal, prekordial, dapat
menyebar ketangan, rahang, wajah, Tidak tentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang,abdomen,punggung, leher, dengan kualitas chorusing,
menyempit, berat,tertekan , dengan skala biasanya 10 pada skala 1- 10, mungkin
dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Tanda : wajah meringis,
perubahan postur tubuh, meregang, mengeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata,
perubahan frekuensi atau irama jantung, TD,pernafasan, warna kulit/ kelembaban
,bahkan penurunan kesadaran.
e.
Pernafasan
Gejala : dyspnea dengan
atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan atau tanpa produksi
sputum,penggunaan bantuan pernafasan oksigen atau medikasi,riwayat merokok,
penyakit pernafasan kronik
Tanda : takipnea, nafas
dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan otot aksesori pernafasan, nasal
flaring, batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk terus – menerus,dengan /
tanpa pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/ berbuih ( edema
pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar dengan crakles dari basilar
dan mengi peningkatan frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna
kulit; pucat atau sianosis, akral dingin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN / PRIORITAS MASALAH
1.
Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan sesak nafas
ditandai dengan peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.
2.
Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat gangguan
vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena).
3.
Nyeri Akut berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme reflek otot
sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada,
dispnea, gelisah, meringis.
4.
Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan supley oksigen dan kebutuhan (penurunan / terbatasnya
curah jantung) ditandai dengan kelelahan, kelemahan, pucat.
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO.
|
No Dx
|
RENCANA KEPERAWATAN
|
||
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
||
1.
|
I
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan pola
nafas efektif
kriteria
hasil :
a.
Klien tidak sesak nafas
b.
Frekwensi pernafasan normal
c.
Tidak ada batuk-batuk
|
1.
Evaluasi frekwensi pernafasan dan
kedalaman. Catat upaya pernafasan, contoh adannya dispnea, penggunaan obat
bantu nafas, pelebaran nasal
2.
Auskultasi bunyi nafas. Catat area
yang menurun atau tidak adannya bunyi nafas dan adannya bunyi nafas tambahan,
contoh krekels atau ronki
3.
Kalaborasi dengan beriakan
tambahan oksigen dengan kanula atau masker sesuai indikasi
|
1.
Respon pasien berfariasi.
Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan
volume sikulasi (kehilangan darah atau
cairan), akumulasi secret, hipoksia atau distensi gaster. Penekanan
pernapasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari pengunaan analgesik
berlebihan. Pengenalan disini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat
mencegah komplikasi
2.
Auskultasi
bunyi napas ditujukan untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan
3.
Meningkatkan
pengiriman oksigen ke paru-paru untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya adanya
penurunan/ gangguan ventilasi
|
2.
|
II
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer efektif
Kriteria hasil :
a.
klien tidak
nyeri
b.
Cardiac out
put normal
c.
Tidak
terdapat sianosis
d.
Tidak ada
edema (vena)
|
1.
Lihat pucat,
sianosis, belang, kulit dingin, atau lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
2.
Dorong
latihan kaki aktif atau pasif, hindari latihan isometrik
3.
Kalaborasi
Pantau data laboratorium, contoh : GBA, BUN, creatinin, dan elektrolit
4.
Beri obat
sesuai indikasi: heparin atau natrium warfarin (coumadin)
|
1.
Vasokontriksi
sistemik diakibatkan karena penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh
penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
2.
Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran
balik vena dan menurunkan resiko tromboflebis.
3.
Indikator perfusi atau fungs organ
4.
Dosis rendah
heparin mungkin diberika secara profilaksis pada pasien resiko tinggi dapat
untuk menurunkan resiko trombofleblitis atau pembentukan trombusmural.
Coumadin obat pilihan untuk terapi anti koangulan jangka panjang/pasca pulang
|
3.
|
3
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan klien merasa nyaman
Kriteria Hasil :
a.
Tidak ada
nyeri
b.
Tidak ada
dispnea
c.
Klien tidak gelisah
d.
Klien tidak
meringis
|
1.
Pantau atau
catat karekteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal dan
repon hemodinamik ( contoh: meringis, menangis, gelisah, berkeringat,
mengcengkram dada, napas cepat, TD/frekwensi jantung berubah)
2.
Bantu
melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam perlahan, perilaku
diskraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi
3.
Kalaborasi dalam pemberian obat sesuai
indikasi, contoh: analgesik, misalnya morfin, meperidin (demerol)
|
1. Mengetahui tingkat
nyeri agar dapat mengetahui perencanaan selanjutnya
3.
Membantu
dalam menurunan persepsi atau respon nyeri. Memberikan kontrol situasi,
meningkatkan perilaku positif.
3. meskipun morfin
IV adalah pilihan, suntikan narkotik lain dapat dipakai fase akut atau nyeri
dada beulang yang tidak hilang dengan nitrogliserin untuk menurunkan nyeri
hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokard. Hindari suntikan IM
dapat menganggu indikator diagnostik dan tidak diabsorsi baik oleh jaringan
kurang perfusi
|
4.
|
4
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktifitas dengan mandiri
Kriteria Hasil ;
a.
Klien tidak
mudah lelah
b.
Klien tidak
lemas
c.
Klien tidak
pucat
|
1. Periksa tanda vital
sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan
vasolidator, diuretik, penyekat beta
2. Catat respon kardio
pulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat
3. Kaji presipitator atau
penyebab kelemahan, contoh pengobatan, nyeri, obat
4. Evaluasi peningkatan
intoleran aktivitas
5.
Berikn
bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode
aktivitas dengan periode istirahat
6.
Kalaborasi
dalam mengimpelementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas
|
1. Hipertensi ortostatik
dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilatasi), perpindahan
cairan, (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung
2. Penurunan atau
ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama
aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekwensi jantung dan
kebutuhan oksigen, juga meningkatkan kelelahan dan kelemahan
3. Kelemahan adalah efek
samping dari beberapah obat (beta bloker, Trakuiliser dan sedatif). Nyeri dan
program penuh stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan
4.
Dapat
menunjukkan meningkatan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas
5. Pemenuhan kebutuhan
perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard atau kebutuhan oksigen
berlebihan
6. Peningkatan bertahap
pada aktivitas menghindari kerja jantung atau komsumsi oksigen berlebihan.
Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila disfusi jantung
tidak dapat membaik kembali
|
DAFTAR PUSTAKA
·
James R
Scott, et al. Danforth buku saku
obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik.
Jakarta: Widya Medika, 2002.
·
Obstetri fisiologi, Bagian
Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unversitas Padjajaran Bandung, 1993.
·
Mochtar,
Rustam. Sinopsis obstetrik.
Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar