BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Luka bakar
merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat
memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain . Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk
penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun
tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun
bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya
tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. ( Sjamsuhidajat,
2005 )
The National
Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data- data statistik dari berbagai
pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%)
merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada
anak- anak yang baru belajar berjalan, bermain- main dengan korek api pada usia
anak sekolah, cedera karena arus listrik pada remaja laki- laki, penggunaan
obat bius, alkohol serta rokok pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan
kontribusi pada angka statistiktersebut(Brunner&Suddarth,2001).
B. RUMUSAN
MASALAH
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adalah mengetahui” Konsep dan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan kasus Luka Bakar “.
C. TUJUAN
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini untuk menambah pengetahuan pembaca khususnya
mahasiswa mengenai “Luka Bakar”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Luka Bakar
Suatu bentuk
kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan sumber panas
seperti kobaran api di tubuh (flame), terkena air panas(scald),jilatan api
ke tubuh (flash), tersentuh benda panas, akibat sengatan listrik,akibat bahan-bahan kimia, sengatan matahari (Moenadjat,2003).Luka bakar adalah
injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas (thermal), kimia,
elektrik, dan radiasi.
B. Etiologi
Cedera luka
bakar biasanya terjadi akibat transfer energi dari sumber panas ke tubuh.Sumber
panas dapat berupa panas,zat kimia,atau listrik(Patricia Gonce Morton,2011)
Panas bukan
merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan
kimia,radiasi dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.
Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa
terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalampun bisa mengalami luka
bakar meskipun kulit tidak terbakar. (dr.Sunarso K, Sp B. 2009)
C. Anatomi
fisiologi
Struktur
anatomi kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu:
Ø Efidermis
· Stratum korneum.terdiri dari sel keratinosit yang bisa
mengelupas dan berganti.
· Stratum lusidum.biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan.
· Stratum granulosum.terdapat sel langerhans
· Stratum spinosum.menahan gesekan dari luar dan
terdapat sel langehans
· Stratum basale.terdapat aktifitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab dalam
Pembaharuan sel epidermis secara secara
konstan.lapisan sel yang mengandung Melanosit.
Ø Dermis
· Pembuluh darah
· Akar rambut
· Ujung saraf
· Kelenjar keringat
· Kelenjar minyak
Ø Lemak subkutan
· Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel limfosit
yang menghasilkan banyak lemak.
· Merupakan jaringan adipose sebagai bantalan antara
kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang.
· Sebagai mobilitas kulit,perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas.
· Sebagai bantalan terhadap trauma
· Tempat penumpukan energi.
Fungsi
kulit sebagai proteksi,absorsi,ekskresi ,persepsi sensori,pengaturan suhu
tubuh,membentuk pigmen,proses keratinisasi,pembentukan vitamin D.
D. Pathofisiologi
Bahan Kimia
|
Termis
|
Listrik/petir
|
Radiasi
|
LUKA BAKAR
|
MK:
§ Gangguan Konsep diri
§ Kurang pengetahuan
§ Anxietas
|
Pada
Wajah
|
Kerusakan
kulit
|
Di
ruang tertutup
|
Kerusakan
mukosa
|
Oedema
laring
|
Gagal
nafas
|
MK: Jalan nafas
tidak efektif
|
Biologis
|
Keracunan gas CO
|
CO
mengikat Hb
|
Hb
tidak mampu mengikat O2
|
Obstruksi jalan nafas
|
Hipoxia
otak
|
Penguapan
meningkat
|
Peningkatan pembuluh darah kapiler
|
Ektravasasi
cairan (H2O, Elektrolit, protein)
|
Tekanan onkotik menurun. Tekanan hidrostatik
meningkat
|
Cairan intravaskuler
menurun
|
Hipovolemia dan
hemokonsentrasi
|
Gangguan sirkulasi makro
|
Masalah
Keperawatan:
§ Resiko tinggi terhadap infeksi
§ Gangguan rasa nyaman
§ Ganguan aktivitas
§ Kerusakan integritas kulit
|
Masalah
Keperawatan:
§ Kekurangan volume cairan
§ Gangguan perfusi jaringan
|
Gangguan sirkulasi
seluler
|
Gangguan perfusi organ
penting
|
Gangguan perfusi
|
Laju metabolisme
meningkat
|
Glukoneogenesis
glukogenolisis
|
MK: Perubahan nutrisi
|
Otak
|
Hipoxia
|
Sel otak
mati
|
Gagal
fungsi
sentral
|
Kardiovaskuler
|
Ginjal
|
Kebocoran kapiler
|
Penurunan curah jantung
|
Gagal jantung
|
Hipoxia sel ginjal
|
Fungsi ginjal menurun
|
Gagal ginjal
|
Hepar
|
Pelepasan katekolamin
|
Hipoxia hepatik
|
Gagal hepar
|
GI Traktus
|
Dilatasi lambung
|
Neurologi
|
Gangguan Neurologi
|
Hambahan pertumbuhan
|
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE
|
Psikologis
|
Imun
|
Daya tahan tubuh menurun
|
E. Zona kerusakan jaringan
1. Zona koagulasi yang merupakan daerah yang langsung
mengalami kerusakan ( koagulasi protein ) akibat pengaruh panas.
2. Zona statis yang merupakan daerah yang berada langsung
di luar zona koagulasi, di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah
disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi (
no flow phenomena) diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi
lokal. Proses ini berlangsung selama 12- 24 jam pasca cedera, dan mungkin
berakhir dengan nekrosis jaringan.
3. Zona hiperemi yang merupakan daerah di luar zona
statis yang ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan
reaksi seluler.
F. Klasifikasi Luka Bakar
Untuk
membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka
bakar diklasifikasikan berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan,faktor yang
berperan yaitu:penyebab,lama kontak dan suhu,berdasarkan keparahan cedera,dan
berdasarkan ketebalan yakni :
a. Berdasarkan kedalaman
Ø Luka bakar derajat I
1. Kerusakan pada superfisial epidermis
2. Kulit kering,hiperemik,eritema
3. Tidak di jumpai bula
4. Nyeri,hiperestesia(super sensitivitas)dan kesemutan
5. Penyembuhan terjadi secara spontandalam waktu 5-10
hari disertai pengelupasan kulit(Moenadjat,2003)
Ø Luka bakar derajat II
1. Kerusaka epidermis dan sebagian dermis
2. Reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi
3. Dijjumpai bula.Dasar luka berwarna merah atau
pucat,sering teletak lebih tinggi diatas permukaan kulit normal
4. Nyeri,terjadi edema,penyebabnya yaitu kkilat dan
cairan panas
5. Pembentukan parut dan depigmentasi
6. Infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat III
Klasifikasi
luka bakar derajat III dibedakan menjadi 2 yaitu:
Ø Derajat II dangkal :Kerusakan mengenai bagian
superfisial dari dermis,folikel rambut,kelenjar keringat,kelenjar sebasea masih
utuh.Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 21 hari.
Ø Derajat II dalam :Kerusakan hampir mengenai seluruh
bagian dermis,apendises kulit seperti folikel rambut,kelenjar keringan,kelenjar
sebasea sebagian masih utuh,penyembuha terjadi lebih lama,tergantung apendises
kulit yang tersisa.Penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari dari satu bulan.
Ø Luka bakar derajat III
1. Kerusakan mengenai seluruh ketebalan dermis dan
lapisan yang lebih dalam.
2. Apendises kulit rusak
3. Tidak dijumpai bula
4. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat
kering,letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar akibat koagulasi
protein pada lapisan epidermis dan dermis
5. Tidak dijumpai rasa nyeri,penyembuhan terjadi lama
6. Penyebab:tersengat arus listrik,terkena cairan
mendidih dalam waktu yang lama,terbakar nyala api.
b. Berdasarkan keparahan
Ø Cedera luka bakar minor atau ringan
LPTT <
15% : dewasa
LPTT <
10% : anak dan usia lanjut
LPTT <
2% : segala usia,tidak mengenai
muka,tangan,kaki,dan perineum
Ø Cedera luka bakar sedang
LPTT 15% - 25%
: dewasa,dengan luka bakar derajat III kurang dari 10%
LPTT 10% -
10% : dewasa usia > 40 tahun atau anak usia < 10 tahun,dengan luka bakar
derajat II <10%
Luka bakar
derajat III LPTT < 10% pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai
muka,tangan,kaki,dan perineum
c. Berdasarkan ketebalan
Ø Luka bakar ketebalan parsial(partial thickness
burn),dibedakan menjadi 2 yaitu:
·
Luka bakar
ketebalan superfisial(superficial thickness burn)= luka bakar derajat I
·
Luka bakar
ketebalan partial dalam(partial thickness burn)= luka bakar derajat II
Ø Luka bakar ketebalan penuh(Full thickness burn)= luka
bakar derajat III
d. Luka bakar khusus
Ø Luka bakar kimia
Dibedakan bahan kimia yang bersifat asam dan basah.Penentu derajat luka
bakar kimia sulit karena semua dianggap berat.
Ø Tatalaksana
1. Segera siram/ aliri dengan air mengalir selama kurang
lebih 20 menit
2. Bila mata yang terkena bahan kimia,lepaskan lensa
kontak,aliri air selama kurang lebih 20 menit
3. Jangan menyiram bahan kimia yang bereaksi dengan air
contohnya bubuk soda api
4. Minimalkan kontaminasi dengan daerah sehat,rujuk!
Bila bahan kimia padat/bubuk:
1. Bahan kimia bubuk,padat bersihkan dengan sikat dan
siram/aliri air.
2. Amankan bekas pakaian,pasang penutup steril pada luka
3. Atasi syok bila ada,semua dikerjakan ditempat yang aman,rujuk!
Ø Luka bakar listrik
Bahaya
potensial terjadi:henti nafas dan jantung,kerusakan jaringan saraf dan organ
dalam,luka masuk nampak kecil,tetapi kerusakan didalam tubuh sangat luas.
Gejala dan tanda syok listrik:
Perubahan status mental, pernafasan
dangkal, tidak teratur, sampai tidak ada,denyut nadi lemah, tidak teratur, sampai tidak ada, patah tulang majemuk karena kontraksi otot yang
berlebihan.
Ø Tatalaksana
1. Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri
penolong
2. Penilaian dini,RJP pada penderita yang tidak berespon
3. Tutup luka dengan kasa steril,atasi syok bila
ada,rujuk!
Ø Luka bakar inhalasi
Terjadi
karena penderita menghirup udara panas,asap atau bahan beracun yang masuk
saluran nafas.gejala dan tanda awal ringan sampai berat.
Gejala dan tanda :Buli
hidung,alis,rambut terbakar,bisa pula wajah,butir arang karbon dalam cairan
ludah,bau asap atau jelaga pada pernafasan,kesulitan jalan
nafas,berbunyi,serak,batu,sulit berbicara,gerakan dada terbatas,serta kebiruan
kulit.
Ø Tatalaksana
1. Pindahkan penderita ketempat aman
2. beri oksigen,lebih baik,yang dilembabkan
3. penilaian dini jalan nafas dan pernafasan
4. bila perlu bantu dengan nafas buatan,rujuk!
e. Fase luka
bakar
1. Fase akut/awal/shock(0-48 jam)
· Bersifat relatif life thretening
· Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
· Penyebab kematian utama trutama cedera inhalasi
2. Fase sub akut/fase setelah shock (48-72 jam)
Terjadi kerusakan atau kehilangan jaringan akibat
kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi mnyebabkan: proses
inflamasi dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi,masalah penutupan
luka,hipermetabolisme.
3. Fase lanjut atau rehabilitasi(> 72 jam)
Berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai
terjadi maturasi. Masalah : timbulnya penyulit seperti
jaringan parut hipertropik, kontraktur, deformitas (kerapuhan jaringan atau organ srtuktur).
f. Ukuran atau
luas luka bakar
Dengan menggunakan metode rules
of nine untuk menentukan presentase luas permukaan tubuh yang mengalami
cedera luka bakar.
1. Kepala : 9%
2. Extremitas atas kanan : 9%
3. Extremitas atas kiri : 9%
4. Torso (dada sampai perut dan punggung sampai pinggang)
: 36%
5. Perineum : 1%
6. Extremitas bawah kanan : 18%
7. Extremitas bawah kiri : 18%
Total : 100%
Ukuran Luas Luka Bakar
Menentukan
luka bakar menurut Lund dan Browder :
Area luka bakar
|
0-1 Tahun
|
1-4 Tahun
|
5-9 Tahun
|
10-14
Tahun
|
15 Tahun
|
Dewasa
|
Total
|
Kepala
|
19
|
17
|
13
|
11
|
9
|
7
|
|
Leher
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
|
Dada
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
|
Punggung
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
|
Lengan
kanan atas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
Lengan
kiri atas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
Lengan
kanan bawah
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
|
Lengan
kiri bawah
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
|
Tangan
kanan
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|
Tangan
kiri
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|
Genetalia
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
Bokong
kanan
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|
Bokong
kiri
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|
Paha kanan
|
5,5
|
6,5
|
8
|
8,5
|
9
|
9,5
|
|
Paha kiri
|
5,5
|
6,5
|
8
|
8,5
|
9
|
9,5
|
|
Tungkai
kanan
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
6,5
|
7
|
|
Tungkai
kiri
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
6,5
|
7
|
|
Kaki kanan
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
|
Kaki kiri
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
|
Tingkat Usia
g. Komplikasi Lanjut Luka Bakar
1. Hipertrofi Jaringan Parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan
komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit
dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu terbentuknya
hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain :
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia pasien
d. Lamanya waktu penutupan kulit
2. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang
hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.
Beberapa tindakan yang dapat
mencegah atau mengurangi komplikasi kontraktur adalah :
1. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal.
2. Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin
(perhatikan jika ada fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif
(misalnya, IV, NGT, monitor EKG, dll) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil
pasif).
3. Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan
tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertropi scar, dimana penggunaan
presure grament ini dapat menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya
kontraktur.
h. Penatalaksanaan
1.
Pentalaksanaan
luka bakar
Faktor-faktor yang mendukung penyembuhan luka bakar
yaitu :
1. Sikap mental yang positif
2. Kesehatan menyeluruh yang baik
3. Keseimbangan istirahat dan latihan
4. Pengetahuan perawat dan pasien
5. Usia (muda)
6. Kontrol nyeri
7. Penatalaksanaan luka yang tepat
8. Nutrisi yang adekuat
9. Tidak ada inkontenensia
10. Kontrol infeksi
11. Balutan yang sesuai
12. Jaringan parut post luka bakar gatal dengan baik.
Faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka bakar:
1. Faktor psikologi takut, stress
2. Kesehatan secara umum tidak baik
3. Kurang mobilisasi
4. Kondisi langsung
5. Usia (tua)
6. Penanganan luka kurang tepat
7. Obat-obat tertentu seperti oksitoksik steroid
8. Sirkulasi kurang baik
9. Pemakaian alkohol dan rokok yang berlebihan
10. Nutrisi kurang baik
11. Hygiene kurang baik
2. Resusitasi cairan(Rumus pemberian terapi cairan)
Jenis
resusitasi cairan :
1. Formula Evan Brooke
Prinsip:
a. Larutan fisiologik,koloid dan glukosa
b. Diberikan dalam waktu 24 jam pertama dengan alasan inefektif
Hb dan kehilangan energi yang berlebih
c. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan luas luka
bakar dan berat badan pasien
Cara pemberian :
a. 24 jam I: ½ jumlah kebutuhan cairan diberikan 8 jam I;sisa
diberikan 16 jam sisa
b. 24 jam II : ½ jumlah kebutuhan koloid dan larutan
saline
1. Rumus Evan Brooke
Formula
Evans
|
1 ml / kg
BB / % LB Koloid
1 ml / kg
BB / % LB Larutan saline
2000ml
glukosa
Pemantauan:Diuresis(> 50 ml/jam)
|
Formula Brooke
|
0,5 ml /
kg BB/ % LB Koloid
1,5 ml /
kg BB/ % LB Larutan saline
2000 ml
glukosa
Pemantauan : Diuresis(30-50 ml / jam)
|
2. Formula Baxter / Parkland
Prinsip :
a. Syok yang terjadi jenis hipovolemia
b. Hanya memberikan RL + elektrolit,koloid diperukan bila
setelah sirkulasi mengalami pemulihan
c. Penurunan efektifitas Hb karena perlekatan eritrosit, trombosit, leukosit, dan komponen sel lain pada dinding pembuluh darah
d. Pemberian koloid tidak efektif karena adanya gangguan
permeabilitas dan kebocoran plasma,menyebabakan penarikan ke jaringan
interstesial, sulit ditarik ke intravaskuler, menambah beban kerja jantung,paru dan ginjal, memperbesar resiko reaksi inflamasi.
Rumus Baxter
/ Parkland
4 ml / kg BB / % LB RL
|
Pemantauan diuresis 0,5 – 1 ml / kg BB
|
Cara pemberian: ½ jumlah kebutuhan cairan diberikan 8
jam I; sisa diberikan 16 jam sisa.
1. 24 jam I : ½ jumlah kebutuhan cairan diberikan pada 8
jam I , ½ dari kebutuhan cairan diberikan 16 jam II pada jam ke 18 diberikan
tambahan koloid sejumlah 500 cc ( untuk kategori sedang),1000 cc(untuk kategori
berat)
2. 24 jam II : ½ jumlah kebutuhan cairan 24 jam I
Rumus Anak-Anak
2 ml x kg BB x % LB x Kebutuhan Faali
|
Kebutuhan faali :
< 1 tahun
: BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
Cairan untuk kebutuhan faali:
RL : Dextran / koloid = 17:3
Cara
pemberian :
1. 24 jam I : ½ jumlah kebutuhan cairan diberikan 8 jam
I, ½ kebutuhan cairan diberikan 16 jam II
2. 24 jam II : sesuai kebutuhan faali
i.
Kebutuhan Cairan Resusitasi dan Maintenance
Ø Non Trauma
Ø
Jam I 20
cc/ kg BB / Jam Evaluasi
Baik Maintenance
Jelek 4 Jam II
Ø
Jam II 20 cc / kg BB / Jam Evaluasi
Baik Maintenance
Jelek 4 Jam III
Ø
Jam III 10 cc / kg BB /
Jam Evaluasi
Baik Maintenance
Jelek Kembali ke jam I
Ø Trauma
Volume darah efektif (Efektive Blood
Volume/Flow)
· Laki-laki : 70-75 cc/kg BB
· Perempuan : 60-65 cc/kg BB
· Anak : 90-100 cc/kg BB
15% EBV
hilang : Hipoksia,Nadi meningkat,25% EBV mengakibatkan syok
Ø Kebutuhan Maintenance
Kebutuhan cairan normal : Dewasa :
50-70 cc / kg BB / 24 jam
Anak
: 10 kg I : 100 cc / kg BB/ 24 jam
10
kg II : 50 cc/ kg BB/ 24 jam
j.
Pemeriksaan penunjang
Ø Laboratorium
Pemeriksaan
Laboratorium
|
Nilai
Normal
|
Perubahan
Luka Bakar
|
Penyebab
|
Pemeriksaan
Serum
Hemoglobin
Hematokrit
Nitrogen
urea
Glukosa
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
Analisa
Gas Darah
PO2
PCO2
PH
Karboskihemaglobin
Protein
total
Albumin
|
12-15 g/dl
(P)
14-16 g/dl
(L)
37-45% (P)
45-50% (L)
5-15 mg/dl
60-100
mg/dl
136-145
mEq/L
3,5-5,0
mEq/L
96-106
mEq/L
80-100
mm/Hg
32-45
mm/Hg
7,34-7,45
0
6,0-8,0
g/dl
3,5-50
g/dl
|
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Normal
Rendah
Meningkat
Rendah
Rendah
|
Kehilangan
volume cairan
Kehilangan
volume cairan
Kehilangan
volume cairan
Respon
stress
Kehilangan
volume cairan dan gangguan Na-K
Gangguan
pompa Na-K kerusakan jaringan, hemolisis sel darah merah.
Kehilangan
volume cairan dan reabsorbsi Ci dalam urine.
Asidosis
metabolik
Inhalasi
asap rokok dan karbomonoksida.
Kehilangan
protein yang keluar melalui luka
Kehilangan
protein melalui luka dan membran vaskular karena peningkatan permeabilitas.
|
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Waktu dan tempat : tanyakan pukul berapa terjadi luka
bakar, di rumah atau di tempat kerja, faktor predisposisi, sumber panas/agen,
lamanya dan temperatur agen.
Tanyakan pula situasi saat kejadian seperti ruangan
dalam keadaan terbuka atau tertutup, gambaran rinci kejadian luka bakar, karena
kecelakaan/kelalaian atau kejadian yang disengaja, penyebab diri sendiri atau
orang lain atau adanya pengaruh penggunaan obat atau alkohol.
2. Data Subyektif
a. Usia korban
b. Riwayat kesehatan
c. Penyakit yang pernah diderita.
d. Imunisasi yang pernah didapat.
e. Apakah ada cedera yang bersamaan dengan luka bakar
f. Nyeri pada daerah luka
3. Data Obyektif
a. Presentase luas permukaan tubuh yang terbakar.
b. Kedalaman luka bakar
c. Letak anatomis luka bakar
d. Kulit tampak kemerahan, gelembung, edema
e. Suhu tubuh bervariasi
f. Takikardia.
Kaji
ABC (airway, breathing, circulation):
·
Perhatikan
jalan nafas (airway)
·
Pastikan
pernafasan (breathibg) adekwat
·
Kaji sirkulasi
- Kaji trauma yang lain
- Pertahankan panas tubuh
- Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
- Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan elektrolit b.d
rusaknya jaringan kulit akibat luka bakar.
2. Gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbonmonoksida,
asap, panas yang mengakibatkan kerusakan paru.
3. Inefektif bersihan jalan napas b.d edema trakheal,
pelepasan jalan napas dan depresi siliaris pulmonal akibat cedera inhalasi.
4. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar.
5. Hipotermi b.d kerusakan jaringan epitel dan fluktuasi
suhu udara sekitarnya.
6. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang kurang dan peningkatan metabolik untuk penyembuhan luka.
7. Gangguan rasa nyaman ; nyeri b.d cedera luka bakar,
pengobatan dan kerusakan jaringan.
8. Resiko tinggi infeksi b.d kerusakan barrier kulit.
9. Resiko tinggi kontraktur b.d immobilitas akibat nyeri,
bengkak.
10. Resiko tinggi terjadi perluasan luka bakar b.d
immobilisasi.
11. Kecemasan b.d penyakit dan hospitalisasi yang lama.
12. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah b.d
kurang informasi.
C. Perencanaan
Diagnosa I.
Goal :
Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan tubuh selama perawatan dan
tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Intervensi :
a. Kaji dan catat luas dan kedalaman luka bakar
b.
Kaji dan
catat turgor kulit.
c.
Pantau dan
catat TTV setiap 2 jam
d.
Pantau dan
catat balance cairan tiap 2 jam
e.
Motivasi
klien untuk banyak minum.
f.
Siapkan
minuman yang banyak dekat pasien
g.
Dapatkan BB
masiuk dan timbang BB setiap hari bila memungkinkan
h.
Beri
pengganti cairan IV dan dekat pasien
i.
Monitor
hasil elektrolit serum dan hematokrit.
Evaluasi :
Dengan
resusitasi cairan yang adekuat keseimbangan cairan diperkirakan tercapai dalam
waktu 24-46 jam dengan ditandai :
1. Turgor kulit kenyal dan elastis
2. TTV dalam batas normal.
3. Tidak terjadi sianosis
4. Pasien tenang dan tidak gelisah
5. Intake-ouput seimbang (produksi urine > 30cc/menit)
6. Laboratorium dalam batas normal (HT darah normal
37-40%).
Diagnosa II.
Goal :
Pemeliharaan oksigenasi jaringan adekuat
Intervensi :
a. Kaji pola pernapasan pasien tiap2-3 jam (tanda-tanda
gawt napas, bunyi, frekuensi, irama, kedalaman napas).
b. Pantau pasien terhadap hipoksemia
c. Baringkan pasien dalam posisi Fowler bila memungkinkan.
d. Bebaskan pakaian pasien dan perhiasan yang ketat.
e. Berikan terapi O2 sesuai pesanan dokter.
f. Pantau AGD
g. Siapkan untuk membantu intubasi ETT
Evaluasi :
1. Frekuensi napas dalam batas normal : 12-18 x/menit
2. Hasil pemeriksaan analisa gas darah dalam batas normal.
3. Tidak terjadi sianosis.
Diagnosa III.
Goal : Jalan
napas bersih dan adekuat
Intervensi :
a. Pertahankan posisi jalan napas : melalui pengaturan
posisi pasien yang tepat, pengisapan sekresi.
b.
Pantau tanda
vital terutama frekuensi pernapasan.
c.
Beri O2
d.
Motivasi
pasien untuk mobilisasi semampu pasien.
e.
Latihan
batuk dan napas dalam
f.
Lakukan
fisioterapi dada.
g.
Lakukan
pengisapan lendir kalau diperlukan
h.
Periksa AGD
dan situasi O2.
i.
Siapkan
pasien untuk tindakan trakeostomi (kolaborasi dengan dokter).
Evaluasi :
Jalan napas
klien efektif, bunyi napas, bersih, ditandai dengan :
1. Frekuensi napas dalam batas normal.
2. Jalan napas tetap paten dengan adanya cedera.
Diagnosa IV.
Goal :
Integritas kulit utuh yang ditandai dengan tidak adanya kemerahan, iritasi,
nyeri dan gatal.
Intervensi :
a. Kaji kerusakan integritas kulit.
b.
Hindari
pembalutan yang terlalu lama.
c.
Gunakan
kassa steril untuk pembalutan
d.
Perawatan
luka secara rutin dengan cara steril.
e. Kolaborasi dengan dokter tentang hasil laboratorium
pemberian vitamin.
Evaluasi :
Kerusakan
kulit mulai berkurang dan tidak meluas ditandai dengan tidak adanya kemerahan,
iritasi, nyeri dan gatal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu bentuk
kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan sumber panas
seperti kobaran api di tubuh (flame),terkena air
panas(scald),jilatan
api ke tubuh(flash),tersentuh benda panas,akibat sengatan listrik,akibat
bahan-bahan kimia,sengatan matahari (Moenadjat,2003).
Cedera luka
bakar biasanya terjadi akibat transfer energi dari sumber panas ke tubuh.Sumber
panas dapat berupa panas,zat kimia,atau listrik(Patricia Gonce Morton,2011)
Adapun
derajat luka bakar adalah Luka bakar derajat I, Derajat II dangkal, Derajat II
dalam,dan luka bakar derajat III.Adapun pelaksanaan luka bakar tergantung
derajat luka bakar serta resusitasi dan maintenance cairan yang diberikan.
B. Saran
Saran yang
dapat kami berikan dalam pembuatan makalah ini adalah makalah ini agar dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pembaca dan dapat memberikan kritik dan
saran dalam penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
·
Bambang
Darwono; F. Sutoko, Protokol Pengelolaan Luka Bakar, Bagian Bedah, FK Undip/RS
dr. Kariadi.
·
ATLS.
American College of Surgeons Committee On Trauma. 1997. First Impression.
United States of America.
·
Basic
Science of Plastic and Reconstructive Surgery. Pertemuan ilmiah berkala
trigonum plus XV. Oktober 2003.
·
Effendi,
Christantie, S.Kp, “Perawatan Pasien Luka Bakar”, Editor, Yasmin
Asih-Jakarta : EGC, 1999.
·
Marlyn E.
Doenges, dkk, “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3 Jakarta, EGC, 1999.
·
Smeltzer C.
Suzanne and Bare G. Brande, Brunner and Suddarth’s, “Keperawatan Medikal
Bedah”, Ed 8, Vol 3. jakarta : EGC, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar