Sabtu, 10 Mei 2014

Luka bakar



BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG     
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain . Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. ( Sjamsuhidajat, 2005 )
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data- data statistik dari berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak- anak yang baru belajar berjalan, bermain- main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera karena arus listrik pada remaja laki- laki, penggunaan obat bius, alkohol serta rokok pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistiktersebut(Brunner&Suddarth,2001).

B.   RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah mengetahui” Konsep dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus Luka Bakar “.

C.   TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk menambah pengetahuan pembaca khususnya mahasiswa mengenai “Luka Bakar”









BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi Luka Bakar
Suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), terkena air panas(scald),jilatan api ke tubuh (flash), tersentuh benda panas, akibat sengatan listrik,akibat bahan-bahan kimia, sengatan matahari (Moenadjat,2003).Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi.

B.   Etiologi
Cedera luka bakar biasanya terjadi akibat transfer energi dari sumber panas ke tubuh.Sumber panas dapat berupa panas,zat kimia,atau listrik(Patricia Gonce Morton,2011)
Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan kimia,radiasi dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar. Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalampun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar. (dr.Sunarso K, Sp B. 2009) 

C.   Anatomi fisiologi
Struktur anatomi kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu:
Ø   Efidermis
·      Stratum korneum.terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
·      Stratum lusidum.biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan.
·      Stratum granulosum.terdapat sel langerhans
·      Stratum spinosum.menahan gesekan dari luar dan terdapat sel langehans
·      Stratum basale.terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam
Pembaharuan sel epidermis secara secara konstan.lapisan sel yang mengandung Melanosit.
Ø   Dermis
·      Pembuluh darah
·      Akar rambut
·      Ujung saraf
·      Kelenjar keringat
·      Kelenjar minyak
Ø   Lemak subkutan
·      Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel limfosit yang menghasilkan banyak lemak.
·      Merupakan jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang.
·      Sebagai mobilitas kulit,perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.
·      Sebagai bantalan terhadap trauma
·      Tempat penumpukan energi.
Fungsi kulit sebagai proteksi,absorsi,ekskresi ,persepsi sensori,pengaturan suhu tubuh,membentuk pigmen,proses keratinisasi,pembentukan vitamin D.
















D.   Pathofisiologi
Bahan Kimia
Termis
Listrik/petir
Radiasi
LUKA BAKAR
MK:
§ Gangguan Konsep diri
§ Kurang pengetahuan
§ Anxietas
Pada Wajah
Kerusakan kulit
Di ruang tertutup
Kerusakan mukosa
Oedema laring
Gagal nafas
MK: Jalan nafas
tidak efektif
Biologis
Keracunan gas CO
CO mengikat Hb
Hb tidak mampu mengikat O2
Obstruksi jalan nafas
Hipoxia otak
Penguapan meningkat
Peningkatan  pembuluh darah kapiler
Ektravasasi cairan (H2O, Elektrolit, protein)
Tekanan onkotik menurun. Tekanan hidrostatik meningkat
Cairan intravaskuler menurun
Hipovolemia dan hemokonsentrasi
Gangguan sirkulasi makro
Masalah Keperawatan:
§ Resiko tinggi terhadap infeksi
§ Gangguan rasa nyaman
§ Ganguan aktivitas
§ Kerusakan integritas kulit
Masalah Keperawatan:
§ Kekurangan volume cairan
§  Gangguan perfusi jaringan
Gangguan sirkulasi seluler
Gangguan perfusi organ penting
Gangguan perfusi
Laju metabolisme meningkat
Glukoneogenesis glukogenolisis
MK: Perubahan nutrisi
Otak
Hipoxia
Sel otak
mati
Gagal
fungsi
sentral
Kardiovaskuler
Ginjal
Kebocoran kapiler
Penurunan curah jantung
Gagal jantung
Hipoxia sel ginjal
Fungsi ginjal menurun
Gagal ginjal
Hepar
Pelepasan katekolamin
Hipoxia hepatik
Gagal hepar
GI Traktus
Dilatasi lambung
Neurologi
Gangguan Neurologi
Hambahan pertumbuhan
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE
Psikologis
Imun
Daya tahan tubuh menurun
Patofisiologi  (Hudak & Gallo; 1997)

 























E.    Zona kerusakan jaringan
1.   Zona koagulasi yang merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan ( koagulasi protein ) akibat pengaruh panas.
2.   Zona statis yang merupakan daerah yang berada langsung di luar zona koagulasi, di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi ( no flow phenomena) diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12- 24 jam pasca cedera, dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
3.   Zona hiperemi yang merupakan daerah di luar zona statis yang ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.

F.    Klasifikasi Luka Bakar
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan,faktor yang berperan yaitu:penyebab,lama kontak dan suhu,berdasarkan keparahan cedera,dan berdasarkan ketebalan yakni :
a.    Berdasarkan kedalaman
Ø Luka bakar derajat I
1.    Kerusakan pada superfisial epidermis
2.    Kulit kering,hiperemik,eritema
3.    Tidak di jumpai bula
4.    Nyeri,hiperestesia(super sensitivitas)dan kesemutan
5.    Penyembuhan terjadi secara spontandalam waktu 5-10 hari disertai pengelupasan kulit(Moenadjat,2003)
Ø Luka bakar derajat II
1.    Kerusaka epidermis dan sebagian dermis
2.    Reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi
3.    Dijjumpai bula.Dasar luka berwarna merah atau pucat,sering teletak lebih tinggi diatas permukaan kulit normal
4.    Nyeri,terjadi edema,penyebabnya yaitu kkilat dan cairan panas
5.    Pembentukan parut dan depigmentasi
6.    Infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat III





Klasifikasi luka bakar derajat III dibedakan menjadi 2 yaitu:
Ø Derajat II dangkal :Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis,folikel rambut,kelenjar keringat,kelenjar sebasea masih utuh.Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 21 hari.
Ø Derajat II dalam :Kerusakan hampir mengenai seluruh bagian dermis,apendises kulit seperti folikel rambut,kelenjar keringan,kelenjar sebasea sebagian masih utuh,penyembuha terjadi lebih lama,tergantung apendises kulit yang tersisa.Penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari dari satu bulan.
Ø Luka bakar derajat III
1.  Kerusakan mengenai seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
2.  Apendises kulit rusak
3.  Tidak dijumpai bula
4.  Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat kering,letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar akibat koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis
5.  Tidak dijumpai rasa nyeri,penyembuhan terjadi lama
6.  Penyebab:tersengat arus listrik,terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama,terbakar nyala api.

b.    Berdasarkan keparahan
Ø  Cedera luka bakar minor atau ringan
LPTT < 15% : dewasa
LPTT < 10% : anak dan usia lanjut
LPTT < 2%   : segala usia,tidak mengenai muka,tangan,kaki,dan perineum

Ø  Cedera luka bakar sedang
LPTT 15% - 25% : dewasa,dengan luka bakar derajat III kurang dari 10%
LPTT 10% - 10% : dewasa usia > 40 tahun atau anak usia < 10 tahun,dengan luka bakar derajat II <10%
Luka bakar derajat III LPTT < 10% pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka,tangan,kaki,dan perineum

c.    Berdasarkan ketebalan
Ø  Luka bakar ketebalan parsial(partial thickness burn),dibedakan menjadi 2 yaitu:
·         Luka bakar ketebalan superfisial(superficial thickness burn)= luka bakar derajat I
·         Luka bakar ketebalan partial dalam(partial thickness burn)= luka bakar derajat II

Ø  Luka bakar ketebalan penuh(Full thickness burn)= luka bakar derajat III

d.    Luka bakar khusus
Ø Luka bakar kimia
Dibedakan bahan kimia yang bersifat asam dan basah.Penentu derajat luka bakar kimia sulit karena semua dianggap berat.
Ø Tatalaksana
1.  Segera siram/ aliri dengan air mengalir selama kurang lebih 20 menit
2.  Bila mata yang terkena bahan kimia,lepaskan lensa kontak,aliri air selama kurang lebih 20 menit
3.  Jangan menyiram bahan kimia yang bereaksi dengan air contohnya bubuk soda api
4.  Minimalkan kontaminasi dengan daerah sehat,rujuk!
Bila bahan kimia padat/bubuk:
1.  Bahan kimia bubuk,padat bersihkan dengan sikat dan siram/aliri air.
2.  Amankan bekas pakaian,pasang penutup steril pada luka
3.  Atasi syok bila ada,semua dikerjakan ditempat yang aman,rujuk!

Ø Luka bakar listrik
Bahaya potensial terjadi:henti nafas dan jantung,kerusakan jaringan saraf dan organ dalam,luka masuk nampak kecil,tetapi kerusakan didalam tubuh sangat luas.
Gejala dan tanda syok listrik:
Perubahan status mental, pernafasan dangkal, tidak teratur, sampai tidak ada,denyut nadi lemah, tidak teratur, sampai tidak ada, patah tulang majemuk karena kontraksi otot yang berlebihan.
                                                   
Ø Tatalaksana
1.  Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong
2.  Penilaian dini,RJP pada penderita yang tidak berespon
3.  Tutup luka dengan kasa steril,atasi syok bila ada,rujuk!



Ø Luka bakar inhalasi
Terjadi karena penderita menghirup udara panas,asap atau bahan beracun yang masuk saluran nafas.gejala dan tanda awal ringan sampai berat.
Gejala dan tanda :Buli hidung,alis,rambut terbakar,bisa pula wajah,butir arang karbon dalam cairan ludah,bau asap atau jelaga pada pernafasan,kesulitan jalan nafas,berbunyi,serak,batu,sulit berbicara,gerakan dada terbatas,serta kebiruan kulit.
Ø Tatalaksana
1.   Pindahkan penderita ketempat aman
2.   beri oksigen,lebih baik,yang dilembabkan
3.   penilaian dini jalan nafas dan pernafasan
4.   bila perlu bantu dengan nafas buatan,rujuk!

e.    Fase luka bakar
1.    Fase akut/awal/shock(0-48 jam)
·      Bersifat relatif life thretening
·      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
·      Penyebab kematian utama trutama cedera inhalasi
2.    Fase sub akut/fase setelah shock (48-72 jam)
Terjadi kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi mnyebabkan: proses inflamasi dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi,masalah penutupan luka,hipermetabolisme.
3.    Fase lanjut atau rehabilitasi(> 72 jam)
Berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah : timbulnya penyulit seperti jaringan parut hipertropik, kontraktur, deformitas (kerapuhan jaringan atau organ srtuktur).

f.     Ukuran atau luas luka bakar
Dengan menggunakan metode rules of nine untuk menentukan presentase luas permukaan tubuh yang mengalami cedera luka bakar.
1.   Kepala : 9%
2.   Extremitas atas kanan : 9%
3.   Extremitas atas kiri : 9%
4.   Torso (dada sampai perut dan punggung sampai pinggang) : 36%
5.   Perineum : 1%
6.   Extremitas bawah kanan : 18%
7.   Extremitas bawah kiri : 18%
Total : 100%
Ukuran Luas Luka Bakar
Menentukan luka bakar menurut Lund dan Browder :
Area luka bakar
0-1 Tahun
1-4 Tahun
5-9 Tahun
10-14 Tahun
15 Tahun
Dewasa
Total
Kepala
19
17
13
11
9
7

Leher
2
2
2
2
2
2

Dada
13
13
13
13
13
13

Punggung
13
13
13
13
13
13

Lengan kanan atas
4
4
4
4
4
4

Lengan kiri atas
4
4
4
4
4
4

Lengan kanan bawah
3
3
3
3
3
3

Lengan kiri bawah
3
3
3
3
3
3

Tangan kanan
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

Tangan kiri
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

Genetalia
1
1
1
1
1
1

Bokong kanan
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

Bokong kiri
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

Paha kanan
5,5
6,5
8
8,5
9
9,5

Paha kiri
5,5
6,5
8
8,5
9
9,5

Tungkai kanan
5
5
5,5
6
6,5
7

Tungkai kiri
5
5
5,5
6
6,5
7

Kaki kanan
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5

Kaki kiri
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5







Total

 Tingkat Usia




g.    Komplikasi Lanjut Luka Bakar
1.    Hipertrofi Jaringan Parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu terbentuknya hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
a.    Kedalaman luka bakar
b.    Sifat kulit
c.    Usia pasien
d.    Lamanya waktu penutupan kulit
2.    Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.
Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi komplikasi kontraktur adalah :
1.    Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal.
2.    Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin (perhatikan jika ada fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misalnya, IV, NGT, monitor EKG, dll) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil pasif).
3.    Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertropi scar, dimana penggunaan presure grament ini dapat menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.

h.    Penatalaksanaan
1.    Pentalaksanaan luka bakar
Faktor-faktor yang mendukung penyembuhan luka bakar yaitu :
1.    Sikap mental yang positif
2.    Kesehatan menyeluruh yang baik
3.    Keseimbangan istirahat dan latihan
4.    Pengetahuan perawat dan pasien
5.    Usia (muda)
6.    Kontrol nyeri
7.    Penatalaksanaan luka yang tepat
8.    Nutrisi yang adekuat
9.    Tidak ada inkontenensia
10.  Kontrol infeksi
11.  Balutan yang sesuai
12.  Jaringan parut post luka bakar gatal dengan baik.
Faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka bakar:
1.      Faktor psikologi takut, stress
2.      Kesehatan secara umum tidak baik
3.      Kurang mobilisasi
4.      Kondisi langsung
5.      Usia (tua)
6.      Penanganan luka kurang tepat
7.      Obat-obat tertentu seperti oksitoksik steroid
8.      Sirkulasi kurang baik
9.      Pemakaian alkohol dan rokok yang berlebihan
10.    Nutrisi kurang baik
11.    Hygiene kurang baik

2.    Resusitasi cairan(Rumus pemberian terapi cairan)
Jenis resusitasi cairan :
1.    Formula Evan Brooke
Prinsip:
a.    Larutan fisiologik,koloid dan glukosa
b.    Diberikan dalam waktu 24 jam pertama dengan alasan inefektif Hb dan kehilangan energi yang berlebih
c.    Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan luas luka bakar dan berat badan pasien
Cara pemberian :
a.    24 jam I: ½  jumlah kebutuhan cairan diberikan 8 jam I;sisa diberikan 16 jam sisa
b.    24 jam II : ½ jumlah kebutuhan koloid dan larutan saline

1.    Rumus Evan Brooke
Formula Evans
1 ml / kg BB / % LB Koloid
1 ml / kg BB / % LB Larutan saline
2000ml glukosa
Pemantauan:Diuresis(> 50 ml/jam)
Formula Brooke
0,5 ml / kg BB/ % LB Koloid
1,5 ml / kg BB/ % LB Larutan saline
2000 ml glukosa
Pemantauan : Diuresis(30-50 ml / jam)

2.    Formula Baxter / Parkland
Prinsip :
a.    Syok yang terjadi jenis hipovolemia
b.    Hanya memberikan RL + elektrolit,koloid diperukan bila setelah sirkulasi mengalami pemulihan
c.    Penurunan efektifitas Hb karena perlekatan eritrosit, trombosit, leukosit, dan komponen sel lain pada dinding pembuluh darah
d.    Pemberian koloid tidak efektif karena adanya gangguan permeabilitas dan kebocoran plasma,menyebabakan penarikan ke jaringan interstesial, sulit ditarik ke intravaskuler, menambah beban kerja jantung,paru dan ginjal, memperbesar resiko reaksi inflamasi.

Rumus Baxter / Parkland
4 ml / kg BB / % LB RL
Pemantauan diuresis 0,5 – 1 ml / kg BB
Cara pemberian: ½ jumlah kebutuhan cairan diberikan 8 jam I; sisa diberikan 16 jam sisa.
1.   24 jam I : ½ jumlah kebutuhan cairan diberikan pada 8 jam I , ½ dari kebutuhan cairan diberikan 16 jam II pada jam ke 18 diberikan tambahan koloid sejumlah 500 cc ( untuk kategori sedang),1000 cc(untuk kategori berat)
2.   24 jam II : ½ jumlah kebutuhan cairan 24 jam I

Rumus Anak-Anak
2 ml x kg BB x % LB x Kebutuhan Faali
Kebutuhan faali :
< 1 tahun    : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
Cairan untuk kebutuhan faali:
RL : Dextran / koloid = 17:3

Cara pemberian :                                            
1.   24 jam I : ½ jumlah kebutuhan cairan diberikan 8 jam I, ½ kebutuhan cairan diberikan 16 jam II
2.   24 jam II : sesuai kebutuhan faali

i.      Kebutuhan Cairan Resusitasi dan Maintenance
Ø Non Trauma
Ø  Jam I         20 cc/ kg BB / Jam         Evaluasi
Baik         Maintenance
Jelek        4 Jam II
Ø Jam II         20 cc / kg BB / Jam        Evaluasi
Baik            Maintenance
Jelek          4 Jam III
Ø Jam III          10 cc  / kg BB / Jam       Evaluasi
Baik            Maintenance
Jelek          Kembali ke jam I
Ø Trauma
Volume darah efektif (Efektive Blood Volume/Flow)
·      Laki-laki : 70-75 cc/kg BB
·      Perempuan : 60-65 cc/kg BB
·      Anak : 90-100 cc/kg BB
15% EBV hilang : Hipoksia,Nadi meningkat,25% EBV mengakibatkan syok
Ø Kebutuhan Maintenance
Kebutuhan cairan normal : Dewasa : 50-70 cc / kg BB / 24 jam
                                             Anak : 10 kg I : 100 cc / kg BB/ 24 jam
                                                         10 kg II : 50 cc/ kg BB/ 24 jam

j.      Pemeriksaan penunjang
Ø Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Normal
Perubahan Luka Bakar
Penyebab
Pemeriksaan Serum
Hemoglobin
Hematokrit
Nitrogen urea
Glukosa
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
Analisa Gas Darah
PO2
PCO2
PH
Karboskihemaglobin
Protein total
Albumin
12-15 g/dl (P)
14-16 g/dl (L)
37-45% (P)
45-50% (L)
5-15 mg/dl
60-100 mg/dl
136-145 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L
96-106 mEq/L
80-100 mm/Hg
32-45 mm/Hg
7,34-7,45
0
6,0-8,0 g/dl
3,5-50 g/dl
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Normal
Rendah
Meningkat
Rendah
Rendah
Kehilangan volume cairan
Kehilangan volume cairan
Kehilangan volume cairan
Respon stress
Kehilangan volume cairan dan gangguan Na-K
Gangguan pompa Na-K kerusakan jaringan, hemolisis sel darah merah.
Kehilangan volume cairan dan reabsorbsi Ci dalam urine.
Asidosis metabolik
Inhalasi asap rokok dan karbomonoksida.
Kehilangan protein yang keluar melalui luka
Kehilangan protein melalui luka dan membran vaskular karena peningkatan permeabilitas.









BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.   Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Waktu dan tempat : tanyakan pukul berapa terjadi luka bakar, di rumah atau di tempat kerja, faktor predisposisi, sumber panas/agen, lamanya dan temperatur agen.
Tanyakan pula situasi saat kejadian seperti ruangan dalam keadaan terbuka atau tertutup, gambaran rinci kejadian luka bakar, karena kecelakaan/kelalaian atau kejadian yang disengaja, penyebab diri sendiri atau orang lain atau adanya pengaruh penggunaan obat atau alkohol.
2. Data Subyektif
a.   Usia korban
b.   Riwayat kesehatan
c.   Penyakit yang pernah diderita.
d.   Imunisasi yang pernah didapat.
e.   Apakah ada cedera yang bersamaan dengan luka bakar
f.    Nyeri pada daerah luka
3. Data Obyektif
a.   Presentase luas permukaan tubuh yang terbakar.
b.   Kedalaman luka bakar
c.   Letak anatomis luka bakar
d.   Kulit tampak kemerahan, gelembung, edema
e.   Suhu tubuh bervariasi
f.    Takikardia.

Kaji ABC (airway, breathing, circulation):
·         Perhatikan jalan nafas (airway)
·         Pastikan pernafasan (breathibg) adekwat
·         Kaji sirkulasi
    1. Kaji trauma yang lain
    2. Pertahankan panas tubuh
    3. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
    4. Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)


B.   Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan elektrolit b.d rusaknya jaringan kulit akibat luka bakar.
2.      Gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbonmonoksida, asap, panas yang mengakibatkan kerusakan paru.
3.      Inefektif bersihan jalan napas b.d edema trakheal, pelepasan jalan napas dan depresi siliaris pulmonal akibat cedera inhalasi.
4.      Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar.
5.      Hipotermi b.d kerusakan jaringan epitel dan fluktuasi suhu udara sekitarnya.
6.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang dan peningkatan metabolik untuk penyembuhan luka.
7.      Gangguan rasa nyaman ; nyeri b.d cedera luka bakar, pengobatan dan kerusakan jaringan.
8.      Resiko tinggi infeksi b.d kerusakan barrier kulit.
9.      Resiko tinggi kontraktur b.d immobilitas akibat nyeri, bengkak.
10.   Resiko tinggi terjadi perluasan luka bakar b.d immobilisasi.
11.   Kecemasan b.d penyakit dan hospitalisasi yang lama.
12.   Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah b.d kurang informasi.

C.   Perencanaan
Diagnosa I.
Goal : Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan tubuh selama perawatan dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Intervensi :                   
a.    Kaji dan catat luas dan kedalaman luka bakar
b.    Kaji dan catat turgor kulit.
c.    Pantau dan catat TTV setiap 2 jam
d.    Pantau dan catat balance cairan tiap 2 jam
e.    Motivasi klien untuk banyak minum.
f.     Siapkan minuman yang banyak dekat pasien
g.    Dapatkan BB masiuk dan timbang BB setiap hari bila memungkinkan
h.    Beri pengganti cairan IV dan dekat pasien
i.      Monitor hasil elektrolit serum dan hematokrit.





Evaluasi :
Dengan resusitasi cairan yang adekuat keseimbangan cairan diperkirakan tercapai dalam waktu 24-46 jam dengan ditandai :
1.   Turgor kulit kenyal dan elastis
2.   TTV dalam batas normal.
3.   Tidak terjadi sianosis
4.   Pasien tenang dan tidak gelisah
5.   Intake-ouput seimbang (produksi urine > 30cc/menit)
6.   Laboratorium dalam batas normal (HT darah normal 37-40%).
Diagnosa II.
Goal : Pemeliharaan oksigenasi jaringan adekuat
Intervensi :
a.    Kaji pola pernapasan pasien tiap2-3 jam (tanda-tanda gawt napas, bunyi, frekuensi, irama, kedalaman napas).
b.    Pantau pasien terhadap hipoksemia
c.    Baringkan pasien dalam posisi Fowler bila memungkinkan.
d.    Bebaskan pakaian pasien dan perhiasan yang ketat.
e.    Berikan terapi O2 sesuai pesanan dokter.
f.     Pantau AGD
g.    Siapkan untuk membantu intubasi ETT
Evaluasi :
1.   Frekuensi napas dalam batas normal : 12-18 x/menit
2.   Hasil pemeriksaan analisa gas darah dalam batas normal.
3.   Tidak terjadi sianosis.
Diagnosa III.
Goal : Jalan napas bersih dan adekuat
Intervensi :
a.    Pertahankan posisi jalan napas : melalui pengaturan posisi pasien yang tepat, pengisapan sekresi.
b.    Pantau tanda vital terutama frekuensi pernapasan.
c.    Beri O2
d.    Motivasi pasien untuk mobilisasi semampu pasien.
e.    Latihan batuk dan napas dalam
f.     Lakukan fisioterapi dada.
g.    Lakukan pengisapan lendir kalau diperlukan
h.    Periksa AGD dan situasi O2.
i.      Siapkan pasien untuk tindakan trakeostomi (kolaborasi dengan dokter).

Evaluasi :
Jalan napas klien efektif, bunyi napas, bersih, ditandai dengan :
1.      Frekuensi napas dalam batas normal.
2.      Jalan napas tetap paten dengan adanya cedera.
Diagnosa IV.
Goal : Integritas kulit utuh yang ditandai dengan tidak adanya kemerahan, iritasi, nyeri dan gatal.
Intervensi :
a.    Kaji kerusakan integritas kulit.
b.    Hindari pembalutan yang terlalu lama.
c.    Gunakan kassa steril untuk pembalutan
d.    Perawatan luka secara rutin dengan cara steril.
e.    Kolaborasi dengan dokter tentang hasil laboratorium pemberian vitamin.
Evaluasi :
Kerusakan kulit mulai berkurang dan tidak meluas ditandai dengan tidak adanya kemerahan, iritasi, nyeri dan gatal.






















BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame),terkena air
panas(scald),jilatan api ke tubuh(flash),tersentuh benda panas,akibat sengatan listrik,akibat bahan-bahan kimia,sengatan matahari (Moenadjat,2003).
Cedera luka bakar biasanya terjadi akibat transfer energi dari sumber panas ke tubuh.Sumber panas dapat berupa panas,zat kimia,atau listrik(Patricia Gonce Morton,2011)
Adapun derajat luka bakar adalah Luka bakar derajat I, Derajat II dangkal, Derajat II dalam,dan luka bakar derajat III.Adapun pelaksanaan luka bakar tergantung derajat luka bakar serta resusitasi dan maintenance cairan yang diberikan.

B.   Saran
Saran yang dapat kami berikan dalam pembuatan makalah ini adalah makalah ini agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pembaca dan dapat memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan makalah ini.



















DAFTAR PUSTAKA

·         Bambang Darwono; F. Sutoko, Protokol Pengelolaan Luka Bakar, Bagian Bedah, FK Undip/RS dr. Kariadi.
·         ATLS. American College of Surgeons Committee On Trauma. 1997. First Impression. United States of America.
·         Basic Science of Plastic and Reconstructive Surgery. Pertemuan ilmiah berkala trigonum plus XV. Oktober 2003.
·         Effendi, Christantie, S.Kp, “Perawatan Pasien Luka Bakar”, Editor, Yasmin Asih-Jakarta : EGC, 1999.
·         Marlyn E. Doenges, dkk, “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3 Jakarta, EGC, 1999.
·         Smeltzer C. Suzanne and Bare G. Brande, Brunner and Suddarth’s, “Keperawatan Medikal Bedah”, Ed 8, Vol 3. jakarta : EGC, 2001.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar