Selasa, 13 Mei 2014

asuhan keperawatan maternitas mastitis



BAB I
PENDAHULUAN

  A.  Latar Belakang
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Ingat bahwa perubahan ini adalah pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi prahamil, seperti yang sering dikatakan. Kondisi organ prahamil hilang selamanya, paling mencolok setelah pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga pada setiap kehamilan selanjutnya.
Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium puerpera. Periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar 6 minggu.
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah fungsi yang tak terpisahkan.
B. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas belajar mengajar pada mata kuliah MATERNITAS
2.Guna memberikan wawasan kepada para pembaca supaya dapat memahami dan mengerti tentang MASTITIS.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.
Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan tempatnya serta berdasarkan penyebab dan kondisinya.
Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2.Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu
3.Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang   menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi   pula menjadi 3, yaitu :
1.   Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
2.  Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui.
Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
3.  Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.
B.   Anatomi Fisiologi Payudara
1.      Anatomi Payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
2.      Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
C. Penyebab
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1.   Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.



 2. Infeksi
        Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid

Patofisiologi

Statis ASI                                                                                     infeksi

Penyumbatan pada saluran ASI

Hipertermi                                   Pembengkakan Mamae                       Nyeri

                                          Abses

Gaguan Nutrisi                                        Resiko infeksi pada bayi







D. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1.      Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2.      Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3.      Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk  yang tidak diperbaiki.
4.      Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.
5.      Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
6.      Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
7.      Stres dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.
8.      Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9.      Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.





E. Gejala Mastitis

v  Nyeri payudara dan tegang atau bengkak
v  Kemerahan dengan batas jelas
v  Biasanya hanya satu payudara
v  Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan
F.     Pencegahan
Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu yang memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebas dari infeksi stapilococus. Bila ada kerak atau luka pada puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mamae yang bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.
G.    Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi antibiotika. Dengan tindakan ini terjadinya abses sering kali dapat dicegah karena biasanya infeksi disebabkan oleh Stapilococus aureus. Penicilin dalam dosis cukup tinggi dapat diberikan. Sebelum pemberian penicilin dapat diadakan pembiakan air susu, supaya penyebab mastitis benar-benar diketahui. Bila ada abses dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus itu
H.    Komplikasi
1)      Galaktokele
2)      Kelainan puting susu
3)      Kelainan dalan keluarnya air susu
4)      Penghentian laktasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
v  Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
v   Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
Data yang disimpulkan meliputi :
v  Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
v  Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
v  Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
v    Pengkajian fisik meliputi :
  1. Keadaan umum
  2. Tingkah laku
  3. BB dan TB
  4. Pengkajian head to toe
v  Pemeriksaan laboratorium
  • Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
  • Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
  • Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
v  Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
Ø  Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
Ø  Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.
Ø  Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
Ø  Personal hygiene
1.    Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
2.    Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
3.    Dikaji sebelum dan pada saat di RS
Ø  Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
  Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif.
  Status sosial
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.
  Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
B.     Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses infeksi : mastitis
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
4. Resiko infeksi pada bayi berhubungan dengan terjadinya abses

C.    Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.
1.      Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses infeksi : mastitis
v  Tujuan :

1. Nyeri berkurang/hilang
2. Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman
3. Ibu dapat beraktifitas dengan normal
v  Intervensi :

1. Ajarkan teknik relasksasi
2. Kompres hangat pada area nyeri
3. Kolaborasi pemberian obat analgetik
v  Rasional :

1.Teknik relaksasi akan sangat membantu mengurangi rasa nyeri
2.Kompres hangat akan membantu melancarkan peredaran darah pada area nyeri
3.Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi rasa nyeri
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
v  Tujuan :

1. Intake nutrisi adekuat
2.Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa menyusui
v  Intervensi :

1. Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
2. Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui
3. Jika perlu berikan tambahan multi vitamin
v  Rasional :
1.      Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
2.      Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan mendorong pasien untuk  lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya
3.      Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan


3.      Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
v  Tujuan
1.      Suhu tubuh normal
2.      Tidak da peningkatan suhu
v  Intervensi
1.      Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga terhadap peningkatan suhu tubuh pasien
2.      Obserpasi TTV
3.      Beri kompres hangat
4.      Kolaberasi dalam pemberian obat antibiotik dan obat antipiretik
v  Rasional
1.      Agar pasien dan keluarga mengetahui sebab peningkatan suhu tubuh dan dapat mengurangi kecemasan
2.      TTV merupakan acuan utama untuk mengetahui keadaan umum pasien
3.      Untuk membantu menurunkan suhu tubuh
4.      Antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk menurunkan suhu

5.      Resiko infeksi pada bayi berhubungan dengan terjadi abses pada mamae

v  Tujuan
1.      Tidak ditemukannya tanda infeksi
2.      Pasien tidak demam dan menggigil
v  Intervensi
1.      Kaji adanya tanda tanda infeksi
2.      Lakukan cuci tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan.
3.      Gunakan teknik aseptik pada prosedur perawatan.
4.      Monitor tanda-tanda vital dan kadar haemoglobin serta leukosit.
5.      Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
6.      Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotika.






BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam, menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Penyebab adalah infeksi Stapilococus aureus.
Mastitis ditangani dengan antibiotika. Infeksi payudara atau mastitis perlu diperhatian oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah melahirkan yang disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara. Kelelahan, stres, dan pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dan dari payudara yang sedang nyeri, jika tidak segera diobati bisa terjadi abses.








Daftar Pustaka

Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya  Medika : Jakarta
Doenges M. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3.  Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar