Minggu, 11 Mei 2014

distosia karena kelainan his



KONSEP DASAR MEDIS

A.    Pengertian
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan/ sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (prof. Dr. Sarwono prawihardjo, 1993)

1.      Terjadi His akibat;
a.       Kerja hormon oksitosin
b.      Renggangan dinding uterus oleh isi konsepsi
c.       Rangsangan terhadap pleksus saraf frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
2.      His yang baik dan ideal meliputi;
a.       Kontraksi stimulan simetris di seluruh uterus
b.      Kekuatan terbesar(dominasi) di daerah fundus
c.       Trdpt periode relaksasi di antara 2 periode kontraksi
d.      Trdpt retraksi otot-otot corpus uteri setiap sesudah his
e.       Servix uteri yang banyak mengandung kolagen & kurang mengandung serabut otot, akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot corpus.
3.      Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor;
Iskemik dinding corpus uteri yang mnjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastricus diteruskan ke SSP menjadi sensasi nyeri. Perenggangan vagina mnjadi rangsangan nyeri.
4.      Sifat his pada berbagai fase persalinan
a.      Kala 1(fase laten); Timbul tiap 10 menit, durasi 20-30 detik servix terbuka smpai 3 cm
b.      Kala 1(fase aktif); peningktan rasa nyeri, frekuensi 2-4 kali/10 menit, durasi 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap(+10cm)
c.       Kala 2; frekuensi 3-4 kali/10 menit
d.      Kala 3; frekuensi kontraksi brkurang, aktivitas uterus menurun
Apabila terjadi masalah pada salah satu dari ketiga faktor di atas maka akan terjadi suatu keadaan yang dinamakan DISTOSIA.
A.    Distosia karena kelainan his dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a.      Inersia hipotonik
1.      Pengertian
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering di jumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu terenggang misalnya karena hidramion atau kehamilan kembar atau grandemultipara atau primipara serta pada penderita yang keadaan emosinya kurang baik.
Inersia uteri terbagi dua yaitu:
a.     Inersia primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum
b.    Inersia sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan dan kemudian melemah maka pada persalinan akibat inersia uteri sekunder ini tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama karena dapat menimbulkan kelelahan otot uterus maka inersia uteri sekunder ini jarang di temukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.
2.      Etiologi
a.       Primigravida terutama pada usia tua
b.       Anemia
c.       Perasaan tegang dan emosional
d.      Ketidak tepatan pengunaan analgetik seperti saat pemberian oksitosin atau obat penenang
e.       Salah pimpinan persalinan
f.       Kelinan uterus seperti bikornis unikolis
g.      Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramion
h.      Kehamilan postmatur
3.      Tanda dan gejala
a.       Waktu persalinan memanjang
b.      Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu pendek
c.       Dilatasi serviks lambat
d.      Membran biasanya masih utuh
e.       Lebih rentan terdapatanya plasenta yang tertinggal
4.      Diagnosis
Menurut prof. Dr. Sarwono prawihardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling sulit dalam fase laten sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang di sertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk pada kesimpulan ini di perlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yaitu pendataran dan pembukaan. Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati pasien padahal persalinan belum di mulai
5.      Penatalaksanaan
a.       Keadaan umum penderita harus di perbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan
b.      Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan jelaskan tentang kemungkinan yang akan terjadi
c.       Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin turunya bagian terbawah janin dan keadaan janin
d.      Jika sudah masuk PAP anjurkan pasien untuk jalan – jalan
e.       Melakukan perubahan posisi ketika ada kontraksi dengan miring kiri dan miring kanan
f.       Melakukan stimulasi puting susu dengan cara menggosok, memijat atau melakukan gerakan melingkar di daerah puting dengan lembut yang diyakiniakan melepaskan hormon oksitosin yang dapat menyebabkan kontraksi. adabeberapa rekomendasi dalam hal penggunaannya, yaitu:
1.      Hanya memijat satu payudara pada suatu waktu
2.      Hanya memijat puting selama 5 menit, lalu tunggu selama 15 menit untuk melihat apa yang terjadi sebelum melakukan pemijatan kembali
3.       Sebaiknya tidak menstimulasi payudara selama kontraksi.
4.      Jangan menggunakan stimulasi payudara jika kontraksi sudah terjadi setiap 3 menit atau 1 menit
g.      Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada letak kepala
1.      Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5% dimulai dengan 12 tetes/menit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit. tujuannya pemberian oksitosin agar serviks dapat membuka
2.      Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya di ulang lagi pemberian oksitosin drips
3.      Bila inersia uteri di sertai disproposi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria
4.      Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder, ibu lemah dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus di sesuaikan sesuai hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (ektrasi vakum, forcep dan seksio sesaria).

b.      Inersia hipertonik
1.      Pengertian
Adalah inersia hipertonik bisa disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannnya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam di sebut partus presipitatus).
Pasien merasa kesakitan karena his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus menerus pada janin akan terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.

2.      Etiologi
a.       Ketuban pecah dini disertai adanya infeksi
b.      Infeksi intrauteri
c.       Pemberian oksitosin yang berlebihan

3.      Tanda dan gejala
a.       Persalinan menjadi lebih singkat (partus presipitatus)
b.      Gelisah akibat nyeri terus menerus sebelum dan selama kontraksi
c.       Ketuban pecah dini
d.      Distres fetal dan maternal
e.       Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan sehingga dapat terjadi ruptura
4.      Diagnosis
a.       Anamesa
Dilihat dari keadaan ibu yang mengatakan his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus menerus
b.      Pemeriksaan fisik
Di lihat dari kontraksinya yang terlalu kuat dan cepat sehingga proses persalinan yang semakin cepat
5.      Penatalaksanaan
a.       Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot nyeri danmengurangi ketakutan.
b.      Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarean
c.       Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.

c.       Aksi Uterus Inkoordinasi (incoordinate uterine action)
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan singkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi bagian tengah tidak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang mengakibatkan persalinan tidak maju.
1.      Penangan
a.       Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan obat-obat anti sakit dan penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin, dan valium.
b.      Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut selesaikanlah partus menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forseps atau seksio sesaria.
                                                  
5.Patofisilogi
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya ± 10 mmHg.
Disini sifat His berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga di sebut sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.





Pathway
Primigravida,anemia                                    kpd dan pemberian oksitosin yang berlebihan






 


Kelelahan otot uterus                                                              hiperkontraksi otot uterus saat his
Untuk mengejan


 


Kontraksi uterus kurang normal                                              persalinan lebih singkat








 


Hipotonik                                                                                                        hipertonik


 






Kontraksi pelvis


 


kontraksi uterus                                                                                   kurang pengetahuan

Disfungsi uterus mengantarkan respon                                                           dx ansietas
Ke hipothalamus


 
                                        MK: Gelisah,
Dx nyeri                                                                                             pucat,
                                                 sering bertanya,
MK:nafas cepat, nadi cepat,                                                                            nafas cepat
        Gelisah,
         keringat dingin
                                                                                                                       
kelainan his


 


abnormalitas pelvis ibu


 


Persalinan lama


 



Dx resti cidera pada janin                                                                dx hipoksia pada janin

MK: cidera, iritasi kulit bayi                                                  Mk : sianosis
                                                                                                       abnu












































6.Manifestasi Klinik
1.      Ibu :
a.       Gelisah
b.      Letih
c.       Suhu tubuh meningkat
d.      Nadi dan pernafasan cepat
e.       Edem pada vulva dan servik
f.       Bisa jadi ketuban berbau
g.      Ibu dering bertanya

2.      Janin :
a.       DJJ cepat dan tidak teratur
b.      Iritasi kulit bayi

7.Manajemen Terapeutik
1.      Penanganan Umum
a.       Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b.      Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
c.       Kolaborasi dalam pemberian :
·         Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
·         Berikan analgesiaberupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg (IM)
2.      Perbaiki keadaan umum
a.       Dukungan emosional dan perubahan posisi
b.      Berikan cairan
3.      Penanganan Khusus
Kelainan His
·         TD diukur tiap 4 jam
·         DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
·         Pemeriksaan dalam :
a.       Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)
b.      Berikan analgetik seperti petidin, morfin
c.       Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his




























KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DISTOSIA

A.       Pengkajian
1.      Identitas Klien
2.      Riwayat Kesehatan
3.      RKD :
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
4.      RKS
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak janin (lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
5.      RKK
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan pre eklamsi
6.      Pemeriksaan Fisik
a.       Kepala, rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
b.      Mata , Biasanya konjungtiva anemis
c.       Thorak, Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan
d.      Abdomen , : Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.
e.       Vulva dan Vagina, : Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
f.       Panggul, : Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan kelainan tulang belakang
B. Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif
b.      Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul,partus lama,CPD
c.       Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah, pembatasan masukan cairan
d.      Resiko tinggi cedera maternal b/d kerusakan jaringan lunak karena persalinan lama
e.       Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive
f.       Cemas b/d persalinan lama

C.  Intervensi
A.    Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang
Kriteria :   
a.       Klien tidak merasakan nyeri lagi
b.      Klientampak rilek
c.       Kontraksi uterus efektif
d.      Kemajuan persalinan baik
Intervensi :
1.      Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan nyeri tekan abdomen
Rasional :  Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan kepala pada servik yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri
2.      Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
Rasional : Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda, denga skala dapat diketahui intensitas nyeri klien
3.      Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri
4.      Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan nyeri, Bantu klien dalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan prosedur
Rasional :Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan   mengurangi rasa nyeri
5.      Kuatkan dukungan social/ dukungan keluarga
Rasional : Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa diperhatikan dan perhatian terhadap nyeri akan terhindari
6.      Kolaborasi : Berikan narkotik atau sedative sesuai instruksi dokter
Rasional : Pemberian narkotik atau sedative dapat mengurangi nyeri. Siapkan untuk prosedur bedah bila diindikasikan

B.     Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD
Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari
Kriteria :
a.       DJJ dalam batas normal
b.      Kemajuan persalinan baik
Intervensi :
1.      Melakukan manuver Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi
Rasional : Berbaring tranfersal atau presensasi bokong memerlukan kelahiran sesarea. Abnormalitas lain seperti presentasi wajah, dagu, dan posterior juga dapat memerlukan intervensi khusus untuk mencegah persalinan yang lama
2.      Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan sering perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap kontraksi uterus
Rasional :  DJJ harus direntang dari 120-160 dengan variasi rata-rata percepatan dengan variasi rata-rata, percepatan dalam respon terhadap aktivitas maternal, gerakan janin dan kontraksi uterus.
3.      Catat kemajuan persalinan
Rasional :  Persalinan lama/ disfungsional dengan perpanjangan fase laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stress berat, infeksi berat, haemoragi karena atonia/ rupture uterus. Menempatkan janin pada resiko lebih tinggi terhadap hipoksia dan cedera
4.      Infeksi perineum ibu terhadap kutil vagina, lesi herpes atau rabas klamidial
Rasional :  Penyakit hubungan kelamin didapat oleh janin selama proses melahirkan karena itu persalinan sesaria dapat diidentifikasi khususnya klien dengan virus herpes simplek tipe II
5.      Catat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit
Rasional : Perubahan pada tekanan caitan amnion dengan rupture atau variasi deselerasi DJJ setelah robek dapat menunjukkan kompresi tali pusat yang menurunkan transfer oksigen kejanin
6.      Posisi klien pada posisi punggung janin
Rasional :Meningkatkan perfusi plasenta/ mencegah sindrom hipotensif telentang





















PENUTUP
A.Kesimpulan
Distosia kelainan tenaga / his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya menyebab kan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (prof. Dr. Sarwono prawihardjo, 1993)
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang dinamakan distosia, salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan tenaga his dapat di bedakan menjadi dua yaitu inersia hipotonik dan inersia hiopertonik.

B.     Saran
Peran perawat, bidan maupun dokter umum dalam menangani kelinan tenaga (his) hendaknya dapat di deteksi secara dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam merujuk dengan adanya ketepatan penanganan bidan atau dokter umum yang segera dan sesuai dengan kewenangannya, di harapkan akan menurunkan angka kematian ibu dan anak.














DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo, Prof.Dr.dr, 1992, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka,            Jakarta
Bagus, Ida Gde Manuaba, 1//998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta ; EGC
Sastrowinoto, Sulaiman, 1993, Obstetri Fisiologi, Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung

Diposkan oleh Litha Oktawidara di 19.34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar