Minggu, 18 Mei 2014

ASKEP kehilangan dan berduka



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
               Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
               Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
               Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
B. Rumusan masalah
1)    Apa pengertian kehilangan dan berduka?
2)    Apa tanda dan gejala kehilangan?
3)    Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan?
4)    Apa saja tipe kehilangan?
5)    Apa saja jenis-jenis kehilangan?
6)    Bagaimana konsep ASKEP  dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan berduka?
C. Tujuan
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang :
1)    Apa pengertian kehilangan dan berduka
2)    Apa tanda dan gejala kehilangan
3)    Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan
4)    Apa saja tipe kehilangan
5)    Apa saja jenis-jenis kehilangan
6)    Bagaimana konsep ASKEP  dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan berduka










BAB II
PEMBAHASAN

A.KONSEP TEORI
1.    Pengertian Kehilangan dan berduka
            Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.

            Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
            Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
            Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
            Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipeini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

2. Tanda dan gejala kehilangan
a.     Ungkapan kehilangan
b.     Menangis
c.      Gangguan tidur
d.     Kehilangan nafsu makan
e.      Sulit berkonsentrasi
f.       Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:
                                ·            Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
                                ·            Sedih berkepanjangan
                                ·            Adanya gejala fisik yang berat
                                   ·          Keinginan untuk bunuh diri

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan:
a.     Arti dari kehilangan
b.     Sosial dan budaya
c.      Kepercayaan spritual
d.     Peran seks
e.      Status sosial ekonomi
f.       Kondisi fisik dan psikologi individu

4. Tipe kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1.     Aktual atau nyata
                        Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi kematian                                orang yang sangat berarti/di cintai.
2.     Persepsi
                        Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;                          seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian                              dan kebebasannya menjadi menurun.




5. Jenis-jenis Kehilangan
                        Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1.     Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

2.     Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
                        Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

3.     Kehilangan objek eksternal
                        Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

4.     Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
                        Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.



5.     Kehilangan kehidupan/ meninggal
                        Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

6. Fase-fase kehilangan dan berduka
          Fase berduka menurut kubler  rose :
1.     Fase penyangkalan(Denial)
                        Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan atau individu tidak percaya.menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi.pernyataan yang sering diucapkan adalah “ itu tidak mungkin” atau “ saya tidak percaya” .seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya,tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup.dia mungkin mengalami halusinasi,melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa digunakan atau mendengar suaranya. Perubahan fisik: letih, pucat, mual ,diare ,gangguan pernafasan , lemah ,detak jantung cepat, menangis, gelisah .

2.     Fase marah (anger)
          Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada orang yang berada dilingkungan nya.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain,muka merah,nadi cepat,susah tidur,tangan mengepal,mau memukul,agresif. Fase tawar menawar (bergaining)
Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangan nya ,maka orang tersebut akan maju ketahap tawar menawar dengan memohon kemuraha TUHAN,individu ingin menunda kehilangan dengan berkata”seandainya saya hati-hati” atau “kalau saja kejadian ini bisa ditunda. Maka saya akan sering berdoa”. 

3.     Fase depresi
        Individu berada dalam suasana berkabung,karena kehilangan merupakan keadaan yang nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri,tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis.

4.     Fase penerimaan (acceptance)
            Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan,misalnya : ya,akhirnya saya harus di operasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh,tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih optimal.secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru,dan pikiran yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang.jadi, individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas.

Fase kehilangan menurut Engel:
1.     Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat berupa pingsan, diare, keringat berlebih.

2.     Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah, frustasi dan depresi.

3.     Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan depresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak ke berkembangnya keasadaran

Fase berduka menurut Rando
1.     Penghindaran
                        pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan

2.     Konfrontasi
                        pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.

3.      Akomodasi
                        Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar hidup dengan kehidupan mereka.

4.     Teori Martocchio
                        Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

Rentang Respon Kehilangan
Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).

                                 Fase   Marah                                     Fase Depresi


 
  Fase Pengingkaran                        Fase Tawar-menawar                     Fase Menerima
Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.


Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau  “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

B.     Konsep Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka
1.      Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :
·         Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
·         Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
·         Perilaku koping yang adekuat selama proses

a.   Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1)      Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2)      Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
3)      Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
4)      Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5)      Struktur Kepribadian
          Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.





b.         Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
1)      Kehilangan kesehatan
2)      Kehilangan fungsi seksualitas
3)      Kehilangan peran dalam keluarga
4)      Kehilangan posisi di masyarakat
5)      Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6)      Kehilangan kewarganegaraan

c.       Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.

d.      Respon Spiritual
1)      Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2)      Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3)      Tidak memilki harapan; kehilangan makna

e.       Respon Fisiologis
1)      Sakit kepala, insomnia
2)      Gangguan nafsu makan
3)      Berat badan turun
4)      Tidak bertenaga
5)      Palpitasi, gangguan pencernaan
6)      Perubahan sistem imune dan endokrin



f.       Respon Emosional
1)      Merasa sedih, cemas
2)      Kebencian
3)      Merasa bersalah
4)      Perasaan mati rasa
5)      Emosi yang berubah-ubah
6)      Penderitaan dan kesepian yang berat
7)      Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang
8)      Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9)      Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

g.      Respon Kognitif
1)      Gangguan asumsi dan keyakinan
2)      Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3)      Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4)      Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing.

h.      Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1)      Menangis tidak terkontrol
2)      Sangat gelisah; perilaku mencari
3)      Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4)      Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah meninggal.
5)      Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya
6)      Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
7)      Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8)      Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

2.      Analisa data

1)      Merasa putus asa dan kesepian
2)      Kesulitan mengekspresikan perasaan
3)      Konsentrasi menurun
      Data objektif:
1)      Menangis
2)      Mengingkari kehilangan
3)      Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
4)      Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
5)      Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

3.      Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang
berdasarkan pada pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan yang
berhibungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a)    Duka cita
b)    Duka cita terganggu
c)    Risiko duka cita terganggu

4.      Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka :
a)    Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
b)    Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
c)    Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.
d)    Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e)    Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f)     Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g)    Gunakan komunikasi yang efektif.

1)      Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
2)      Dorong penjelasan
3)      Ungkapkan hasil observasi
4)      Gunakan refleksi
5)      Cari validasi persepsi
6)      Berikan informasi
7)      Nyatakan keraguan
8)      Gunakan teknik menfokuskan
9)      Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang tersirat
h.         Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :
1)      Kehadiran yang penuh perhatian
2)      Menghormati proses berduka klien yang unik
3)      Menghormati keyakinan personal klien
4)      Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
5)      Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan dengan kehilangan
  i.          Prinsip Intervensi  Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
1)      Bina dan jalin hubungan saling percaya
2)      Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
3)      Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
4)      Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
5)      Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
6)      Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7)      Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8)      Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a)    Fase Pengingkaran
·         Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
·         Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.


b)    Fase marah
·         Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c)    Fase tawar menawar
·         Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
d)    Fase depresi
·         Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
·         Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e)    Fase penerimaan
·         Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.

j.        Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1)    Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama masa  berduka.
2)    Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.
3)    Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang diperhatikan oleh orang lain.
4)    Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.

k.      Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan  (Kematian Anak)
1)    Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2)    Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
3)    Menyiapkan perangkat kenangan.
4)    Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
5)    Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta
Tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.
5.      Evaluasi
a.       Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
b.      Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
c.       Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
d.      Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan
e.       Klien mampu minum obat dengan cara yang benar






Tinjauan kasus
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu.pada suatu hari arzamengalami kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal. Ibu ningrum mengatakan  Hal ini membuat ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar dia mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain itu dia sering terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat pengkajian ningrum tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda vital N: 75x/mnt , S: 370C , TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt
                                           
Data Fokus
Data subyektif
Data obyektif
·         Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar
·         Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza
·         Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza.
·         Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi.
·          Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza
·         Klien tampak lemas
·         wajah tampak kusut,
·         Klien tampak putus asa dan sedih,
·         klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.
·         tampak kantung mata
tanda-tanda vital
·         N: 75x/mnt
·         S: 370C
·         TD: 120/80 mmHg
·          RR: 24x/mnt







Analisa data
Data
Masalah keperawatan
 Data subyektif:
·         Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar
·         Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza
·         Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza.
·         Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi.
·         Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza

Data obyektif
·         wajah tampak kusut,
·         Klien tampak putus asa dan sedih,
·         klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.
tanda-tanda vital
·         N: 75x/mnt
·         S: 370C
·         TD: 120/80 mmHg
·          RR: 24x/mnt

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        
Duka cita terganggu






Data
Masalah keperawatan
Data subyektif
·         Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar
·         Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza
·         Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza.
·         Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi.
·         Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza

Data obyektif
·         Klien tampak lemas
·         wajah tampak kusut,.
·         Klien tampak putus asa dan sedih,
·         klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.
·         tampak kantung mata
tanda-tanda vital
·         N: 75x/mnt
·         S: 370C
·         TD: 120/80 mmHg
·          RR: 24x/mnt


Ketidak efektian koping


Data
Masalah keperawatan
Data subyektif:
·         Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar
·         Ibu klien mengatakan klien sering

Data obyektif
·         wajah tampak kusut,
·         Klien tampak putus asa dan sedih,
·         klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.
tanda-tanda vital
·         N: 75x/mnt
·         S: 370C
·         TD: 120/80 mmHg
·          RR: 24x/mnt

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        
Isolasi sosial



Pohon masalah

                                                                  isolasi sosial         
 
  
Duka cita  terganggu       
 
                                                                                                                    
                                                                                                               
           
Ketidak efektifan koping individu


 


            Kehilangan: orang yang di cintai


Intervensi
Tujuan umum:
Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
Tujuan khusus:
1.     Mampu mengungkapkan perasaan berduka
2.     Menjelaskan makna kehilangan
3.     Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
4.     Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
5.     Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
6.     Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
7.     Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
8.     Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
9.     Klien dapat menerima kehilangan
10.    Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

TAHAP    TINDAKAN KEPERAWATAN
a.    Mengingkari   
•        Jelaskan proses berduka
•        Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
•        Mendengarkan dengan penuh perhatian
•        Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
•        Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi sampaikan fakta
•        Teknik komunikasi diam dan sentuhan
•        Perhatikan kebutuhan dasar pasie
n
b.    Marah   
·         Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara  verbal  tanpa       melawan dengan kemarahan
·         Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan 
·         Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
·         Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat
·         Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya. 

c.    Tawar-menawar 
·         Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
·         Dengarkan dengan penuh perhatian
·          Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
·         Berikan dukungan spiritual


d.    Depresi   
·         Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
·         Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
·         Beri  dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan pasien
·         Hargai perasaan pasien
·         Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
·         Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

e.    Penerimaan  
·         Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
·         Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang sama pada saat yang bersamaan.
·         Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana  kegiatan yang akan dilakukan setelah masa berkabung telah dilalui.
·         Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah (menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah utama    : kehilangan dan berduka
Pertemuan ke    : 1
(respon mengingkari terhadap kematia
n suami)
a.proses keperawatan
1.Kondisi       
             :  klien tampak menangis terus dan tampak lemah
2.Diagnosa       
          :  Duka cita  terganggu
3.TUK        
                  :
1.     Klien dapat membina hubungan saling percaya
2.     Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka

4.Tindakan keperawatan :
a.     Bina hubungan saling percaya
b.     Jelaskan proses berduka
c.      Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
d.     Mendengarkan dengan penuh perhatian
e.      Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
f.       Teknik komunikasi diam dan sentuhan
g.     Perhatikan kebutuhan dasar pasien


c.      Strategi pelaksanaan
1.     Fase pra interaksi
Perawat melihat data-data pasien meliputi identitas pasien , alamat , pekerjaan , pendidikan , agama , suku bangsa ,riwayat kesehatan (RKS,RKD.RKK).Perawat telah siap melakukan tugas nya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.
2.     Fase orientasi
”selamat pagi, bu
ningrum. bagaimana perasaan ibu sekarang? Perkenalkan buk Saya perawat A . jadi buk hari ini saya akan membantu ibu untuk melewati masalah ibu. Bagaimana ibu apa ibu punya waktu sekitar 10-15 menit. Saya akan menemani ibu sampai kemakam sampai prosesi pemakaman nya selesai ya bu.”
3.     Fase kerja
“apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan perasaan ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu sudah kehendak dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan menerima semua ini, ibu mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana dengan makan?coba sedikit ya bu,agar ibu tidak lemas,”apakah ibu mau kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...
4.     Fase terminasi
“setelah kembali dari makam ,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak tampak sedih .saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan istirahat ya.nanti,dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu,dijam yang sama.kita.baiklah bu,sampai jumpa.”

Masalah utama   
        : kehilangan dan berduka
Pertemuan ke   
          :  2
(respon marah terhadap kematian
suami)
a.proses keperawatan
1.Kondisi       
              :  klien masih tampak sedih dan menyendiri
2.Diagnosa       
           :  Duka cita terganggu
3.TUK        
                  :
3.     Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
4.     Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif

4.Tindakan keperawatan
·         Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal  tanpa melawan dengan kemarahan
·         Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal    karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan
·         Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
·         Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat
·         Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.

b.strategi pelaksanaan
1.     Fase pra interaksi
Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.
2.     Fase orientasi
“selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat roma.yang kemarin kesini bu,tampak nya ibu sedang kesal?ibu bisa ceritakan kenapa ibu tampak kesal,saya akan menemani ibu selama 20 menit ya.kita ngobrol-ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan ? Oww..baiklah kalau begitu.”

3.     Fase kerja
“Apa yang membuat ibu kesal?apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu?baiklah bu.saya mengerti,ada beberapa cara untuk meredakan kekesalan ibu,yaitu tarik nafas dalam,istigfar,berwudhu ,shalat ,dan bercakap- cakap dengan anggota keluarga ibu yang lain.
ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya? Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi ibu untuk dapat mengatasi kekesalan ibu.”
4.     Fase terminasi
“nah,kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yang kita bahas tadi ya bu? mau coba cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua hari lagi kita bertemu lagi ya bu disini?
membahas tentang perasaan ibu lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu saya mohon pamit dulu ya bu,sampai jumpa.”












                                          












Naskah Role play Kehilangan dan Kematian Suami atau Istri
Menurut Teori Bawly dan Parks

Naskah role play tentang kehilangan dan kematian. Menurut  Bawly dan Parks tahap kesedihan karena kehilangan atau kematian sebagai berikut:
1.      Syok dan hilang  rasa
2.      Mencari dan merindukan
3.      Disorganisasi (tidak menerima kenyataan)
4.      Reorganisasi (tahapan penerima kenyataan )

Berikut ini adalah  Naskah Role play sesuai dengan tahapan kesedihan dan  kematian menurut Bawly dan Parks.
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu. Ningrum pun tidak boleh bekerja apa pun dirumah, pekerjaan rumah sementara waktu dikerjakan oleh pembantu mereka. Setelah dua minggu mengambil cuti Arza pun kembali bekerja, dia bekerja di sebuah perusahaan dan tempat kerja dengan rumah barunya pun lumayan jauh. Suatu hari di teras rumah..
Arza             : sayang abang berangkat kerja dulu ya.. sayang hati-hati dirumah, kalau ada apa-apa segera telpon abang ya.. istirahat aja jangan capek-capek..
Ningrum          : iya abang.. abang juga hati-hati ya.. cepat pulang loh.. (dengan nada manja)
Arza                : iya sayang...  (sambil mencubit hidung istrinya)..
Ningrum          : daa abang...


Setelah itu pun Ningrum masuk kembali ke dalam rumah. Sementara itu Arza yang sedang diperjalanan terus terbayang wajah sang istri.. ketika Arza samapi di kantor..
Deka                : woii... sob.. apa kabar..
Arza                : baik sobb..
Deka                : gimana honeymoon nya?
Arza                : sukses donk.. tunggu aja pemberitahuan selanjutnya.. (sambil main mata)
Deka                : hahaha ok2.. selamat bekerja kembali yaa..
Arza                : ok..

Setelah jam kerja usai, Arza bergegas siap-siap dan pulang, yang dipikirkan sedang apa istrinya dirumah..  karena terlalu gembira dan ingin cepat sampai dirumah, Arza kurang hati-hati dalam mengendarai mobilnya, dan dia mengalami kecelakaan tabrakan dengan mobil.. dan oleh warga sekitar Arza dilarikan kerumah sakit terdekat. Sementara itu dirumah..
Prannnggggg....... gelas yang dipegang Ningrum jatuh dan pecah.
Ningrum            : duh ada apa ini, kok perasaan ku gak enak gini, ada apa yaa.. (dengan nada khawatir).
Tidak lama kemudian... kringgggggggg... telpon rumah berbunyi, dan Ningrum pun bergegas mengangkat telpon itu..
Ningrum          : halo.. dengan siapa ini?
RS                   : selamat malam ibu.. benar ini dengan ibu Ningrum, istri bapak Arza?
Ningrum          : ya benar.. ada yang bisa saya bantu?
RS           : begini bu Ningrum, suami ibu sekarang lagi dirawat dirumah sakit karena kecelakaan.
Ningrum          : masya allah... (sambil menangis).. di Rumah sakit mana ini??
RS                   : Rumah sakit Setia Budi.
Ningrum          : ya.. ya. Saya akan segera kesana (masih sambil menangis dan gugup)
Kemudian Ningrum menghubungi mamanya..
Ningrum          : halo ma...
Mama              : halo Ningrum... kamu kenapa? Kenapa menangis?
Ningrum          : bang Arza kecelakaan ma, sekarang lagi di rumah sakit Setia Budi..
Mama              : masya allahh... Nigrum.. halo.. haloo.. nak... Ningrum kamu tunggu disitu ya, mama segera kerumah kamu, nanti kita berangkat sama-sama, jangan kamu pergi sendiri keadaan kamu tidak memungkinkan.. tunggu mama..
Ningrum          : iya ma..
Kemudian telpon pun terputus.. sesaat kemudian, mama Ningrum sudah sampai dan langsung masuk..
Mama              : Ningrum.. Ningrum...
Ningrum          : ya ma.. (dengan badan yang lemas)
Mama              : ayo kita berangkat (sambil menuntun Ningrum yang tampak syok berat)

Ketika tiba dirumah sakit Setia Budi.. Mama Ningrum, dan Ningrum segera menanyakan kepada petugas disitu diruang mana Arza dirawat.. ketika sampai didepan kamar Arza, keluar seorang dokter. Kemudian dokter itu memanggil salah seorang keluarganya untuk ikut keruangan dokter tersebut, dan yang ikut adalah mama Ningrum. Sementara itu Ningrum menunggu didepan kamar suaminya. Sementara itu diruangan dokter..
Mama              : bagaimana dok keadaan menantu saya?
Dokter          : keadaannya kritis bu.. pasien banyak kehilangan darah.. kemungkinan untuk hidupnya sangat tipis..
Mama              : dok tolong selamatkan menantu saya dok, apapun itu caranya.. tolong dok..
Dokter         : pasti bu.. kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk menantu ibu.. ibu bantu doa saja ya..
Mama              : iya dok..
kemudian mama ningrum pun kembali ke tempat ningrum..
Ningrum          : ma.. bagaimana keadaan bang Arza ma?
Mama              : bang Arza baik-baik aja sayang, (sambil menahan air mata)

Ketika pagi hari mama ningrum terbangun karena ada suara langkah kaki masuk kekamar Arza, dilihatnya putrinya tertidur di bahunya.. ketika dokter keluar..
Dokter           : ibu maaf.. ibu mohon yang sabar ya.. bapak Arza sudah dipanggil yang diatas.. kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi tetap yang di atas berkehendak lain..
Mama              : inalillahi wa inailaihirojiun... Ningrum... Ningrum bangun nak..
Ningrum          : ya ma... ada apa ma.. bang Arza siuman?
Mama              : sabar ya nak.. yang tabah..

Seketika Ningrum langsung tak sadarkan diri, dia syok berat mendapati sang suami yang telah pergi meninggal dunia.. dan ketika Ningrum siuman , dia sudah mendapati dirinya berada dikamarnya, namun seketika ingat akan suaminya dia histeris..
Ningrum          : bang Arzaaaaaaa..... (menangis histeris sambil berteriak-teriak).. bang...
Kemudian mama dan papanya Ningrum pun masuk.
Mama              : sabar nak... sabar.. tenangkan hatimu..
Ningrum          : maa... bang Arza udah pulang kerja kan ma? Dimana dia ma? Mama...
Mama           : (sambil menangis).. nak tabahkanlah hatimu.. Arza sudah pergi meniggalkan kita sayang..
Ningrum      : gak mungkin maa.. bang Arza tadi pagi pamitan berangkat kerja kok sama ningrum...

Kemudian sang mama pun memapah Ningrum keruang tamu yang sudah ramai oleh tetangga dan sanak keluarga yang bertakjiah. Namun seketika itu juga Ningrum kembali pingsan. Setelah proses pemakaman selesai keluarga Ningrum dan Arza pun berunding, bagaimana kalau sebaiknya Ningrum ini diboyong kerumah mamanya saja, bagaimana pun Ningrum tengah hamil muda dan jiwanya sedang tergoncang. Seluruh keluarga pun menyetujuinnya. Tiba-tiba Ningrum keluar dan mencari suaminya..
Ningrum          : ma.. bang Arza dimana?

                        Seketika itu mamanya pun terisak-isak dan mengajak Ningrum duduk bersama-sama dengan keluarga.
Mama                : Ningrum sayang.. kamu harus kuat.. Didalam rahimmu sedang tumbuh Arza kecil yang akan menemani hari-harimu.. jadi jagalah dia sayang.. kamu tidak boleh seperti ini terus.. istighfar nak..
Ningrum          : (sambil terisak) Astagfirullah halazim... Astagfirullah halazim..
Setelah beberapa saat terdiam..
Ningrum      : maafkan Ningrum bang Arza, Ningrum akan selalu jaga anak kita ini, Ningrum akan rawat dia sebaik mungkin, dia adalah hadiah terindah buat Ningrum.. Ningrum janji ga akan nagis lagi bang.. semoga abang tenang disana.. Ningrum tidak akan melupakan abang karena abang selalu di hati Ningrum..
Sejak hari itu, Ningrum tinggal bersama keluarganya.. dan dia pun menjaga dan merawat kehamilannya dengan baik.. dia sudah bisa menerima kehilangan Arza..




BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

B.       Saran
Saran untukmemperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagaiberikut:
1.    Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu.
2.     Dalam perumusan diagnose keperawatan, harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhanmaslow ataupun kegawatan dari masalah.
3.    Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun yang tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

 Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar